Jepang menggelar kampanye "Sake Viva!" berisikan ajakan bagi generasi muda agar lebih sering minum sake dan arak lokal lainnya seperti bir, shochu, wiski, dan wine.
Kampanye "Sake Viva!" ini dibentuk Jepang lantaran pasar alkohol domestik terus anjlok hingga berimbas pada pendapatan pajak yang terus menyusut.
Menurut Badan Pajak Nasional Jepang (NTA), rata-rata orang Jepang meminum 100 liter alkohol pada tahun 1995, tetapi hanya 75 liter pada tahun 2020
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konsumsi alkohol tertinggi di Jepang sekitar 40 tahun yang lalu, tetapi telah menurun secara signifikan sejak saat itu," kata Hiromi Iuchi, juru bicara Asosiasi Pembuat Sake dan Shochu Jepang, seperti dikutip South China Morning Post (SCMP).
"Dulu, orang minum sake cukup banyak setiap hari, tetapi kemudian bir mulai menjadi sangat populer, kemudian Jepang mengalami booming anggur, kemudian booming wiski dan sekarang ada banyak minuman impor yang tersedia, tetapi masih ada minuman yang umum. jatuh dalam jumlah yang dikonsumsi," ucapnya lagi.
"Sake Viva!" diawasi langsung NTA berisikan perlombaan bagi individu atau kelompok terdiri hingga tiga orang berusia 20-39 tahun untuk mengajukan proposal kampanye yang bertujuan mengajak kaum muda agar lebih sering minum arak.
Kampanye ini juga terbuka bagi warga asing. Namun, tujuan utama harus tetap mempromosikan agar penjualan arak Jepang kembali laku di pasaran.
Dikutip Fortune, populasi yang menua, angka kelahiran rendah, dan perubahan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 menyebabkan kebiasaan minum warga Jepang berubah.
Hal itu pun menyebabkan pajak penjualan alkohol terutama arak Jepang semakin menurun.
Jepang memang menjadi salah satu negara dengan populasi yang sangat cepat menua, menurut survei Uni Eropa. Satu dari lima warga Jepang berusia lebih dari 65 tahun.
Ini menandai penurunan pendapatan negara terbesar dari alkohol dalam 30 tahun terakhir. Data juga menunjukkan bahwa penjualan bir Jepang turun 20 persen dari tahun sebelumnya dalam 12 terakhir hingga Maret 2021.
"Sayangnya, citra minuman tradisional kita yang hanya dikonsumsi oleh orang tua," kata Iuchi.
"Sake dan shochu sama sekali tidak modis sekarang".
Dan itulah mengapa Iuchi berharap kampanye ini sukses besar.
(rds/bac)