Berbulan-bulan mencoba menunjukkan kegagahan Rusia, Presiden Vladimir Putin akhirnya dianggap mulai mati kutu setelah Ukraina melawan balik dan merebut kembali Kharkiv.
Posisi Putin yang kian terimpit tercermin dari komentar-komentar para sekutunya. Hampir 100 pejabat Rusia menuntut Putin mundur.
Di belahan negara lain, pemimpin Chechen yang mengerahkan ribuan pasukannya untuk membantu invasi di Ukraina, Ramzan Kadyrov, juga blak-blakan mengkritik Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala terjepit, Rusia sempat memutuskan untuk menarik sementara pasukannya dari kawasan timur Ukraina dengan dalih menghindari korban warga sipil. Rusia tak pernah mengakui mereka kewalahan menghadapi perlawanan Ukraina.
Namun, seorang analis politik Rusia, Anton Barbashin, mengaku mengendus omong kosong Negeri Beruang Merah.
Menurutnya, narasi Rusia menjadi tak kuat karena sejak awal, mereka memfokuskan serangan di kawasan timur, tapi kini malah mundur.
"Komponen propaganda mereka selalu berfokus di kawasan Donbas yang menjadi prioritas utama, tapi sekarang pasukan Rusia menarik diri dari Kharkiv dan Luhansk," katanya kepada CNN.
"Tak ada yang lebih masuk akal dari kenyataan bahwa Ukraina memang memukul mereka mundur lebih jauh, dan saya rasa itu sangat mungkin."
Di tengah keterimpitan ini, sejumlah pakar di Rusia mendesak agar Putin mulai mengerahkan pasukan besar-besaran di Ukraina.
Namun, selama ini Kremlin ogah mengerahkan pasukan secara masif karena Putin menyadari langkah tersebut dapat menjadi bumerang.
Saat awal menginvasi Ukraina pada Februari lalu, Putin menyebut langkah itu sebagai "operasi militer khusus", bukan perang.
Jika ia mengirimkan pasukan secara besar-besaran, publik internasional tentu bakal menganggapnya sebagai "perang."
Putin masih berupaya sedikit menerobos batasan itu dengan meneken dekrit untuk menambah 137 ribu personel militer.
Kendati demikian, analis menganggap Putin akan kesulitan mengingat anak muda di Rusia saat ini ogah ikut perang.
Institut Studi Perang juga menyoroti sejumlah pejabat lokal di Rusia yang mulai dihujani kritik karena mendukung perekrutan personel militer untuk berperang di Ukraina.
Para ahli pun menganggap Putin akan kian tercekik jika pasukan Ukraina dapat mempertahankan kekuatan serangan balik mereka tetap seperti sekarang.
"Ini merupakan tantangan terbesar selama Putin menjadi presiden, bahwa Rusia bakal menyaksikan satu negara [Ukraina] benar-benar lepas setelah keruntuhan Uni Soviet," tutur Barbashin.
Jika tak bisa melawan langsung Ukraina, sebenarnya selalu ada opsi untuk menyerang infrastruktur penting di negara tetangganya itu guna melemahkan pasukan.
Namun, Wakil Direktur Pusat Eurasia di Dewan Atlantis, Melinda Haring, menganggap opsi itu justru dapat membuat Rusia semakin terpojok.
Mengapa? Baca di halaman berikutnya >>>