Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki bulan ketujuh dan belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Pergerakan pasukan Rusia tampak melemah di beberapa titik di Ukraina hingga memicu Presiden Vladimir Putin mengeluarkan dekrit mobilisasi pasukan cadangan dan wajib militer.
Akibat kebijakan baru tersebut, ribuan warga Rusia buru-buru kabur ke berbagai negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut situasi terkini perang Rusia vs Ukraina yang sudah berlangsung selama tujuh bulan lebih:
Sampai pada Minggu (25/9), total 16.886 warga Rusia tiba di Finlandia. dengan banyak di antaranya "transit ke negara lain."
Pada Minggu saja, sudah 8.314 warga Rusia masuk ke Finlandia. Angka ini meningkat dua kali lipat ketimbang sepekan sebelumnya.
Informasi ini disampaikan oleh Kepala urusan Internasional Kepala Penjaga Perbatasan, Matti Pitkaniitty, dalam sebuah cuitan Twitter, dikutip dari CNN.
Masuknya warga Rusia ke negara itu terjadi usai Kremlin mengumumkan mobilisasi parsial, menarik pria yang sesuai kriteria masuk dalam wajib militer dan berpotensi dikerahkan ke Ukraina.
Konglomerat Rusia, yang juga sekutu Putin, Yevgeny Prigozhin, mengaku bahwa ia merupakan pendiri tentara Wagner pada 2014.
Salah satu tujuan pembentukan tentara bayaran itu adalah untuk membantu Rusia mencaplok Semenanjung Crimea, Ukraina, dan mengirim pasukan ke Donbas.
"Sejak saat itu, pada 1 Mei 2014, lahirlah sekelompok patriot yang kemudian diberi nama BTG Wagner," ujar Prigozhin seperti dikutip AFP.
Kelompok Wagner sendiri sempat disewa Rusia untuk membantu pasukannya menginvasi Ukraina.
Seorang pria meluncurkan tembakan ke kantor wajib militer Rusia yang terletak di Siberia, Senin (26/9).
Sebagaimana diberitakan AFP, penembakan itu terjadi di Kota Ust-Ilimsk di Irkutsk.
Penyelidik mengatakan tersangka penembakan merupakan warga lokal berusia 25 tahun dan seorang perempuan yang diduga adalah ibu warga tersebut, Marina Zinina.
"Mereka [pemerintah Rusia] mengatakan hanya ada mobilisasi parsial, tetapi mereka malah mengambil semua orang," kata Zinina kepada media lokal, dikutip dari AFP.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>