Ukraina mengklaim menerima banyak permintaan bantuan dari pasukan cadangan Rusia yang baru dikirim untuk berperang dan sudah ingin menyerah.
Rusia memang telah memobilisasi pasukan cadanganya (komcad), termasuk mewajibkan warganya yang memenuhi syarat wajib militer untuk membantu invasi, menyusul kemunduran invasinya di Ukraina. Sejak awal September, pasukan Ukraina berhasil merebut kembali sebagian wilayah di timur negara dan membuat tentara Rusia menyerah di beberapa titik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara Kementerian Pertahanan Ukraina, Andrii Yusov, mengungkapkan saluran telepon hotline kementeriannya menerima banyak telepon dari warga Rusia yang telah dikirim ke negaranya untuk berperang. Mereka, kata Yusov, bertanya bagaimana cara menyerah ke lantaran ogah ikut berperang
"Hotline menerima banyak sekali telepon dari warga Rusia yang baru-baru dipanggil [untuk mobilisasi], dan bahkan dari orang-orang yang belum dipanggil," kata Yusov, dikutip dari media Ukraina.
"Mereka menelepon dan bertanya 'Apa yang harus saya lakukan jika saya dipanggil? Apa yang harus saya lakukan, bagaimana cara yang benar untuk menyerah?" ujar Yusovlagi seperti dikutip Pravda.
Selain itu, Yusov menuturkan banyak warga Rusia yang kurang motivasi dan memiliki moralitas rendah dalam merespons mobilisasi tersebut.
Berbagai elemen masyarakat Rusia mulai dri pemuda sampai pejabat senior di parlemen Rusia mengeluhkan hingga mengecam mobilisasi pasukan cadangan parsial suruhan Presiden Vladimir Putin tersebut.
Menurut sebagian pihak, Putin memerintahkan mobilisasi penuh bukan parsial lantaran sejumlah laporan menyebut Rusia sampai "memaksa" warga diluar usia maksimal tetap ikut wajib militer.
"Itu bukan mobilisasi parsial, ini adalah mobilisasi 100 persen," kata Presiden Free Buryatia Foundation, Alexandra Garmazhapova, dikutip dari The Guardian.
Ia dan kolega juga telah menerima lebih dari 3.000 laporan terkait draft panggilan atau povestka di Burryatia hanya 24 jam setelah Putin mengumumkan dekrit mobilisasi tersebut.
Meski Kremlin mengumumkan hanya akan memanggil pria yang memiliki pengalaman militer, aktivis menemukan banyak pria di umur 50 tahunan tetap menerima povestka.
Yaninan Nimayeva, seorang jurnalis dari Ulan-Ude, Buryatia, juga mengeluhkan suaminya dipanggil untuk mobilisasi meski tak pernah bekerja di bidang militer.
"Saya mengerti kita memiliki kuota. Republik kami harus mengumpulkan 4.000 tentara. Namun beberapa parameter dan prinsip mobilisasi parsial ini harus dipantau," kata Nimayeva.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengumumkan negaranya bakal memberikan 300 ribu draft panggilan, khususnya kepada orang yang memiliki pengalaman militer. Namun, angka pasti jumlah pasukan cadangan yang akan dimobilisasi masih rahasia.
Media independen Rusia, Novaya Gazeta, melaporkan bahwa seorang sumber kepresidenan mengatakan Rusia mencoba memanggil lebih dari 1 juta orang ke militer. Namun, angka ini masih belum dikonfirmasi oleh media lain.
Meski begitu, berdasarkan video dan bukti anekdot, banyak panggilan terjadi di kota-kota kecil, menimbulkan dugaan angka panggilan wajib militer ini bisa saja lebih tinggi.
Dalam sebuah video, tampak puluhan orang dikumpulkan di stadion sepak bola Gornyak di Sakha, kemudian dibawa menggunakan bus ke pusat rekrutmen. Kebanyakan dari mereka tampak berusia 30-an sampai 40-an.
Sementara itu, Artem Krieger, seorang jurnalis dari media Sota Vision yang sempat ditangkap kala meliput protes di Moskow, mengungkapkan bahwa semua pria mendapatkan draft panggilan.
"Seluruh pria, semua orang, diberikan draft panggilan," kata Krieger. Itu termasuk orang-orang yang tak pernah bekerja di dalam militer, katanya.