5 'Dosa' Partai Komunis China

CNN Indonesia
Minggu, 16 Okt 2022 08:00 WIB
Mao Zedong dan para perintis Partai Komunis China. (AP/Emily Wang)
Jakarta, CNN Indonesia --

Partai Komunis China telah memimpin Negeri Tirai Bambu sejak memenangkan perang sipil pada 1949.

Kemenangan PKC merupakan titik awal dari pembentukan Republik Rakyat China (RRC). Namun, di bawah kekuasaan komunis, pemerintah China melakukan berbagai kejahatan yang memusnahkan ribuan orang.

Berikut dosa PKC sejak berkuasa atas China:

1. Kelaparan Massal Imbas Kampanye Lompatan Jauh ke Depan

Kampanye Lompatan Jauh ke Depan (Great Leap Forward) merupakan kampanye industrialisasi yang berlangsung sejak 1958 hingga 1960. Kampanye ini dilakukan di bawah kepemimpinan pemimpin China Mao Zedong.

Sebagaimana diberitakan Britannica, China berupaya mengadaptasi model industrialisasi Uni Soviet, mengubah produk agrikultur menjadi mesin berat. Namun, upaya tersebut tak berhasil.

Kegagalan kampanye ini terjadi karena partai komunis mengambil keputusan secara terpusat dan lebih mementingkan kepentingan ideologi ketimbang keahlian.

Program ini lalu dilaksanakan secara tergesa-gesa. Banyak kader yang semangat melelehkan barang-barang mereka demi mendapatkan besi.

Pengaturan partai komunis yang tidak efisien dan perubahan besar-besaran dari pertanian ke industri skala kecil berdampak pada agrikultur China.

Pada akhirnya, sekitar 20 juta orang meninggal dunia karena kelaparan pada 1959 sampai 1962.

Melihat bencana tersebut, pemerintah lalu mengembalikan perekonomian ke jalur pertanian pada awal 1960. Pemerintah mengembalikan kembali kavling dan alat pertanian, pun menekankan kembali keahlian.

2. Revolusi Budaya Berujung Pembunuhan Massal

Selain memerintahkan program Lompatan Jauh ke Depan, Mao Zedong juga menerapkan program Revolusi Budaya.

Berdasarkan artikel History, Revolusi Budaya dimulai pada 1966, kala Mao berusaha memperkuat cengkeramannya atas China.

Mao mendesak pemuda China untuk "membersihkan" elemen komunitas China dan mengembalikan semangat revolusi yang telah memenangkan perang sipil berpuluh-puluh tahun lalu.

Pada awal Revolusi Budaya, Mao menutup sekolah negara dan mengarahkan mobilisasi pemuda agar mereka mempelajari nilai borjuis dan kurangnya semangat revolusioner.

Beberapa bulan setelahnya, gerakan itu berkembang cepat tetapi membawa malapetaka. Para pemuda membentuk kelompok paramiliter yang dikenal Pasukan Merah.

Pasukan Merah kemudian menyerang dan menyiksa kaum lansia dan intelektual China. Penduduk China dipaksa melepaskan diri dari "Empat Tua," yakni tradisi lama, budaya lama, kebiasaan lama, dan ide lama.

Akibat Revolusi Kultural ini, sekitar 1,5 juta orang terbunuh. Jutaan lainnya dipenjara, diambil propertinya secara paksa, disiksa, dan dipermalukan.

Sebagaimana diberitakan The Guardian, Provinsi Guangxi dinilai menjadi daerah yang paling terdampak, dengan muncul laporan pembunuhan massal dan kanibalisme.

Daerah Mongolia Dalam juga turut menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak terparah. Pihak berwenang kala itu dilaporkan meluncurkan kampanye penyiksaan terhadap terduga separatis.

Bahkan, populasi kucing China turut menjadi sasaran kesadisan pemerintah, mengingat Pasukan Merah didoktrin untuk menghapuskan simbol "kemunduran borjuis."

"Berjalan di jalanan ibu kota pada akhir Agustus [1966], masyarakat melihat kucing mati tergeletak di pinggir jalan dengan kaki depan terikat," kata Frank Dikotter, penulis buku tentang Revolusi Kultural China.

Revolusi Budaya resmi berakhir usai Mao meninggal dunia pada 9 September 1976.

Lanjut baca di halaman berikutnya...

5 'Dosa' Partai Komunis China


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :