Korban Tewas Rudal Rusia Jadi 19 Orang, Pendukung Putin Bersorak
Setidaknya 19 orang dilaporkan tewas usai Rusia meluncurkan rudal ke Ukraina pada Senin (10/10).
Serangan balasan itu disambut positif oleh para pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin. Mereka bahkan meminta Putin untuk terus mengintensifkan serangan.
Sebelumnya 84 rudal Rusia membombardir sejumlah wilayah di Ukraina, dengan 56 di antaranya berhasil dicegat.
Mengutip CNN, setelahnya sejumlah wilayah seperti Kyiv, Lviv, Sumy, Ternopil, dan Khmelnytsky dilaporkan mengalami pemadaman listrik pada Selasa pagi waktu setempat.
Serangan Rusia ke Ukraina banyak mendapatkan sambutan dari beberapa tokoh pro-Kremlin, mulai dari pejabat hingga pekerja media.
"Ini adalah salah satu kasus saat negara [Rusia] perlu menunjukkan kami bisa membalas," tulis salah satu koresponden perang, Alexander Kots, di media pro-Kremlin, Komsomolskaya Pravda.
Seorang anggota parlemen senior Rusia, Sergei Mironov, juga mengatakan sudah waktunya bertarung tanpa memikirkan kecaman dari Barat.
"Sudah waktunya bertarung! Dengan ganas, bahkan dengan kejam, tanpa melihat kecaman apa pun dari Barat," kata Mironov, seperti dikutip Associated Press.
Ia kemudian berujar, "Kita memulainya, kita harus melakukan sampai akhir. Tak ada jalan mundur. Saatnya membalas!"
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov. Ia mengaku senang usai serangan balasan diluncurkan.
Sorak sorai pendukung Kremlin muncul agar Putin dan pasukan Moskow menjaga intensitas serangan mereka di Ukraina.
"Seandainya tindakan untuk menghancurkan infrastruktur musuh dilakukan setiap hari, maka kami akan menyelesaikan semuanya pada Mei dan rezim Kyiv akan dikalahkan," kata Gubernur Crimea yang ditunjuk Rusia, Sergei Aksyonov.
Pembawa acara utama Russia Today, Anton Krasovsky, juga turut bersorak usai serangan balasan Rusia ke Ukraina.
Ia mengunggah video tengah menari di balkon memakai topi dengan huruf Z. Di unggahan terpisah, ia mengatakan pemadaman listrik di Ukraina 'tak cukup'.
Serangan rudal itu diluncurkan usai Presiden Vladimir Putin murka karena jembatan yang menghubungkan Rusia dan Crimea atau Jembatan Kerch hancur.
Imbas ledakan tersebut, tiga orang dilaporkan tewas. Jalanan serta rel juga dilaporkan mengalami kerusakan parah.
Putin menuduh Ukraina sebagai biang kerok hancurnya Jembatan Kerch.
"[Ledakan di jembatan Kerch adalah] tindakan terorisme yang bertujuan menghancurkan infrastruktur sipil yang sangat penting," kata Putin, dikutip Reuters.
"Ini dirancang, dilakukan dan diperintahkan oleh layanan khusus Ukraina," imbuh dia lagi.
Di waktu yang sama, Putin meminta dilakukannya serangan jarak jauh 'besar-besaran' terhadap Ukraina.
Sehari setelah pernyataan Putin, Rusia meluncurkan puluhan rudal ke Ukraina.