Saudi Sindir Kelakuan AS Jadikan Minyak sebagai Senjata

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 16:23 WIB
Menlu Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, sindir kelakuan AS jadikan minyak sebagai senjata. (AP/Arnulfo Franco)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, menyindir sikap Amerika Serikat yang menuding pihaknya bekerja sama dengan Rusia dan tak mau memenuhi permintaan Washington.

"Arab Saudi tidak berpihak pada Rusia. Arab Saudi berada di pihak untuk mencoba memastikan stabilitas pasar minyak," ucap Al-Jubeir, seperti dikutip CNN, Rabu (12/10).

Al-Jubeir lalu menegaskan bahwa Arab Saudi tak mempolitisasi minyak. Semua itu semata-sama untuk kepentingan konsumen dunia.

"Kami tak menjadikan minyak sebagai senjata, kami menilai minyak sebagai komoditas kami. Tujuan kami untuk membawa stabilitas [harga] ke pasar minyak," kata Al-Jubeir.

Al-Jubeir membantah ada motif politik dalam keputusan tersebut. Ia juga mengatakan pemangkasan produksi dilakukan untuk menghindari perubahan besar dalam harga minyak.

Ia kemudian berujar, "rekam jejak kami jelas, kami selalu bekerja dengan tekun untuk menjaga stabilitas di pasar minyak."

Kementerian Luar Negeri Saudi juga menyampaikan hal serupa. Mereka bersikeras bahwa pengurangan produksi dilakukan untuk melindungi kepentingan ekonomi negara.

Beberapa pekan lalu, OPEC+ menyatakan akan memangkas target produksi minyak sebesar dua juta barel per hari.

Keputusan ini menuai banyak kritik. Salah satunya dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Ia juga menilai Riyadh bekerja sama dengan Moskow untuk mengurangi produksi minyak.

"Akan ada konsekuensi terkait apa yang mereka [Saudi] lakukan dengan Rusia," kata Biden, dikutip CNN.

Biden juga menyinggung kunjungan dia ke Saudi beberapa bulan lalu yang ditujukan untuk memperbaiki hubungan dengan Riyadh.

"Saya tidak membahas minyak, saya pergi karena ingin memastikan bahwa kami tak akan meninggalkan Timur Tengah," ujar dia lagi.

AS disebut diam-diam mencoba meyakinkan Arab Saudi untuk tak melakukan produksi minyak. Namun, lobi AS dianggap tak berhasil.

Washington lalu menuduh Riyadh 'tunduk' pada Rusia. Rusia dan AS sendiri tengah tegang karena Washington membatasi harga minyak Moskow buntut invasi Rusia ke Ukraina.

Harga minyak yang terus melambung bisa mempersulit AS menekan inflasi, yang sudah meroket tahun ini.

(isa/bac)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK