ANALISIS

Ribut Perkara Minyak, Mungkinkah AS dan Arab Saudi Putus Hubungan?

CNN Indonesia
Rabu, 19 Okt 2022 07:27 WIB
Amerika Serikat dan Arab Saudi tengah ribut terkait pengurangan produksi minyak, mungkinkah sampai putus hubungan diplomatik?
Foto ilustrasi. Bendera AS. (morgueFile/click)

Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan akan ada perubahan hubungan diplomatik tanpa pemutusan di antara keduanya.

"Hubungan diplomatik akan dipertahankan. Tidak akan diputus. Hanya Kedutaan Besar kedua negara akan dipimpin diplomat senior yang pangkat diplomatiknya di bawah duta besar," ujar Rezasyah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menilai ketegangan gegara minyak ini hanya sebentar. AS disebut tak ingin memperparah karena konflik Rusia-Ukraina saja sudah menyebabkan krisis.

Jika krisis energi terus berlanjut harga minyak akan melonjak tajam.

"Bagi AS dan Uni Eropa, mereka sangat mengharapkan suplai [minyak] yang berlimpah dengan harga normal," kata Rezasyah lagi.

Senada dengan Rezasyah, pengamat kajian Timur Tengah dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, mengatakan hubungan diplomatik Saudi-AS tak akan putus.

"Belum sampai ke sana [putus hubungan diplomatik], karena keduanya sama-sama memiliki ketergantungan," ujar Fahmi.

Saudi dan AS sebetulnya memiliki hubungan yang mesra dan terikat.

Pengikat pertama yakni minyak bumi Saudi yang diproses dan diekspor ke AS serta sekutu.

Ikatan yang memperkuat selanjutnya adalah soal jual beli senjata. Di sektor pertahanan Saudi bergantung dengan AS. Mereka bahkan kerap membeli senjata dengan nilai yang fantastis.

Menurut Fahmi, AS memasok 70 persen persenjataan ke negara Timur Tengah itu.

Selain itu, AS dan Saudi sama-sama menilai Iran 'berbahaya' bagi mereka karena dianggap bisa mengganggu stabilitas dan keamanan dunia, dengan pengayaan nuklir yang dimilikinya.

Di mata Fahmi, AS juga tak akan memaksa keputusan Saudi. Mereka takut kejadian 1973 terulang.

"Bisa meruncing nanti seperti tahun 1973, Saudi mengembargo minyak AS," ucap Fahmi lagi.

Ketika itu, Saudi melakukan embargo minyak dan menyebabkan ekonomi AS serta Uni Eropa terganggu.

Riyadh melakukan embargo sebagai tanggapan karena AS dan sekutunya membela Israel dalam perang 1973. Ketika itu, harga minyak juga naik empat kali lipat.

Fahmi sepakat dengan OPEC bahwa mengurangi produksi bisa membuat harga minyak stabil. Jika produksi minyak bertambah, industri minyak di AS malah bangkrut.

"Kondisi produksi diturunkan malah [membuat] perusahaan-perusahaan minyak AS untung," kata dia.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER