Di Brasil, Lula dianggap 'oase' saat masyarakat gerah dengan sikap pemerintahan Jair Bolsonaro.
Bolsonaro berasal dari kelompok sayap kanan. Selama memimpin Brasil ia dinilai rasis, seksis, homofobik, dan gambaran pemimpin yang memecah belah.
Kekecewaan masyarakat semakin meningkat saat Bolsonaro menangani pandemi Covid-19 dan membuat hutan amazon kian rusak parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Lula adalah ikon kiri Brasil sekaligus Amerika Latin. Saat ia memimpin negara ini pada 2003-2010, Lula dianggap mampu mengangkat 30 juta warga Brasil keluar dari kemiskinan.
Di periode itu, Lula adalah bagian dari Gelombang Merah Jambu yang sesungguhnya, yang melihat kebangkitan dari pemimpin kiri di Bolivia, Chili, Ekuador, dan Venezuela.
Saat itu ada gelombang yang sangat optimis dari pemerintah sayap kiri yang mencoba mengurangi kemiskinan, mencoba mengatasi ketidaksetaraan.
Kemudian muncul krisis keuangan global dan menghancurkan Amerika Latin. Kondisi ini memicu pergeseran reaktif secara massal dari politik kiri ke kanan.
Ketika ketidaksetaraan semakin nyata, pemilih menjadi lebih terpolarisasi.
Namun, kemenangan Lula sekarang merupakan bagian dari tren anti petahana global, yang menunjukkan Bolsonaro sebagai presiden gagal, demikian menurut Shifter.
"Percayalah, jika Lula tak berhasil, itu bisa menjadi sebaliknya dalam empat tahun. Jika dia tak memuaskan pemilih Brasil, mereka akan menolaknya dan akan memilih seseorang yang lebih ke kanan," kata dia.
(bac/bac)