2 Menteri Jepang Mengundurkan Diri dalam Sebulan, PM Kian Terpuruk

CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2022 17:01 WIB
Menteri Kehakiman Jepang, Yasuhiro Hanashi, mengundurkan diri pada Jumat (11/11). Ia merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan.
Menteri Kehakiman Jepang, Yasuhiro Hanashi, mengundurkan diri pada Jumat (11/11). Ia merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan. (AFP/Kazuhiro Nogi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Kehakiman Jepang, Yasuhiro Hanashi, mengundurkan diri pada Jumat (11/11). Ia merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan.

"Saya memberikan surat pengunduran diri saya ke perdana menteri," ujar Hanashi, sebagaimana dikutip Reuters.

Hanashi mengundurkan diri di tengah hujan kritik karena pernyataan kontroversialnya mengenai eksekusi mati.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyedot perhatian karena mendukung eksekusi mati "di pagi hari", teknik yang selama ini dikritik kelompok pembela hak asasi manusia.

Selama ini, Jepang baru akan memberi notifikasi eksekusi kepada seorang terpidana mati pada pagi di hari ia akan dieksekusi.

Kala komentarnya menuai kritik, Hanashi langsung meminta maaf pada Kamis (10/11). Hanashi juga mengatakan di hadapan parlemen bahwa ia "menarik kembali pernyataan itu."

Namun, kritik masih terus menghujani Hanashi hingga akhirnya ia mengundurkan diri. Ia diduga akan digantikan oleh mantan menteri agrikultur, Ken Saito.

Hanashi merupakan menteri kedua yang mengundurkan diri dalam sebulan belakangan. Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Jepang, Minoru Terada, juga mengundurkan diri usai skandal pencatatan dana politiknya.

Deretan pengunduran ini terjadi di tengah kemerosotan popularitas partai berkuasa Jepang, Partai Demokratik Liberal (LDP).

LDP memicu kontroversi karena dianggap terkait dengan Gereja Unifikasi, yang terseret dalam kasus pembunuhan Shinzo Abe pada 8 Juli lalu.

[Gambas:Video CNN]

Pelaku penembakan Abe, Tetsuya Yamagami, mengaku memang berniat membunuh sang mantan pemimpin Negeri Matahari Terbit itu karena terkait dengan Gereja Unifikasi.

Yamagami memendam dendam karena keluarganya jatuh miskin setelah ibunya mengucurkan banyak dana untuk donasi Gereja Unifikasi.

Keluarga Abe memang memiliki rekam jejak kedekatan dengan Gereja Unifikasi, begitu pula sejumlah anggota partai berkuasa.

Sejak tragedi pembunuhan Abe, dukungan publik terhadap Kishida dan partai berkuasa pun merosot, dari 59 persen menjadi 46 persen dalam kurun tiga pekan.

Kantor penyiaran publik Jepang, NHK, melaporkan bahwa ini merupakan angka popularitas terendah Kishida selama menjabat sebagai PM.

(has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER