Saudi Kibarkan Bendera China Sambut Xi Jinping

CNN Indonesia
Rabu, 07 Des 2022 18:23 WIB
Bendera China berkibar di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, pada hari ini, Rabu (6/12), menjelang kunjungan Presiden Xi Jinping.
Ilustrasi. Bendera China berkibar di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, pada hari ini, Rabu (6/12), menjelang kunjungan Presiden Xi Jinping. (istockphoto/blackred)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bendera China berkibar di Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, pada hari ini, Rabu (6/12), menjelang kunjungan Presiden Xi Jinping.

AFP melaporkan bahwa bendera merah dengan bintang emas tersebut bersanding dengan bendera hijau Saudi di ruas-ruas jalan ibu kota.

Sementara itu, wajah Xi juga menghiasi halaman depan koran-koran Saudi, menggembar-gemborkan kemungkinan keuntungan ekonomi yang bakal digali kedua negara dalam kunjungan ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, China merupakan konsumen terbesar minyak Saudi. Riyadh sendiri merupakan salah satu eksportir minyak terbesar dunia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menjabarkan bahwa dalam kunjungan itu, Xi akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Raja Salman dan Pangeran Mohammed bin Salman (MbS).

Selain itu, Xi juga bakal menghadiri konferensi tingkat tinggi antara China dan enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk.

Menurut Mao, agenda-agenda dalam kunjungan tersebut merupakan "kegiatan diplomatik dengan skala paling besar antara China dan dunia Arab sejak Republik Rakyat China berdiri."

Badan Pers Saudi (SPA) juga menggembar-gemborkan relasi kedua negara. Mereka menyoroti 20 persen investasi China di kawasan Arab pada 2005-2020 ditanam di Saudi.

"[Saudi] menjadi negara Arab terbesar yang menerima investasi China di periode tersebut," demikian bunyi pemberitaan media pemerintah Saudi tersebut.

[Gambas:Video CNN]

Lebih jauh, kunjungan Xi ini dianggap sebagai lambang penyatuan kekuatan di tengah gonjang-ganjing perekonomian global dan berbagai konflik geopolitik.

Lawatan Xi ini sendiri terjadi beberapa bulan setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, berkunjung ke Saudi pada Juli lalu.

Dalam kunjungan itu, Biden mendesak agar Saudi meningkatkan produksi minyak di tengah ketidakpastian karena invasi Rusia di Ukraina.

Namun, Saudi dan Rusia melalui forum OPEC+ menetapkan bahwa mereka tak akan meningkatkan produksi minyak. Sejak saat itu, hubungan Saudi dan AS yang awalnya masih mesra mulai renggang.

(has/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER