Yordania menjadi perhatian usai Raja Abdullah II siap mengangkat senjata jika Israel berani mengubah statusnya sebagai wali pelindung Masjid Al-Aqsa.
Abdullah II khawatir terhadap sejumlah pihak Israel yang punya motif tertentu. Beberapa pejabat Israel disebut ingin mendorong perubahan status Yordania sebagai wali atau penjaga situs umat Muslim dan Kristen di Yerusalem Timur, termasuk Masjid Al-Aqsa.
"Jika orang ingin terlibat konflik dengan kami, kami cukup siap. Jika orang ingin mendorong batasan itu, maka kami akan menghadapinya," kata Raja Abdullah II, seperti dikutip CNN, Rabu (28/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari seruan raja, bagaimana awal mula Yordania bisa menjadi wali atau penjaga situs suci di Yerusalem terutama Masjid Al-Aqsa?
Kerajaan Hashemites Yordania telah menjadi penjaga situs suci Yerusalem sejak 1924. Dinasti ini dianggap sebagai keturunan Nabi Muhammad.
Dengan kebangkitan negara Yordania, upaya untuk melindungi tempat-tempat suci Yerusalem berlanjut dengan sungguh-sungguh di bawah payung kepemimpinan Kerajaan Hashemites.
Dalam menjaga situs suci, mereka mengklaim sebagai penjamin hak beragama Muslim dan Kristen di kota itu.
Kerajaan Hashemites sempat menguasai kota suci Mekah selama berabad-abad sebelum ditaklukkan House of Saud atau yang sekarang dikenal Kerajaan Arab Saudi pada 1924.
Kota lain yang tak kalah penting, Madina, juga berhasil direbut Saudi. Sementara itu, Al-Aqsa masih di bawah kendali Kerajaan Hashim Yordania, demikian dikutip The Guardian.
Pada 1948 hingga 1967, Yordania juga sempat memerintah Tepi Barat dan Yerusalem Palestina. Beberapa undang-undang hingga kini bahkan masih merujuk pasal-pasal Yordania, demikian dikutip The National.
Karena itu, Palestina dan Yordania sangat berhubungan secara sejarah dan geografis.
Secara historis, Kerajaan Hashemites secara agama dan moral terhubung dengan Mekah dan tempat-tempat suci Islamnya. Kerajaan Hashemites telah mempertahankan kedudukan Yerusalem dan menjauhkannya dari pertengkaran politik sejak kota itu menjadi kiblat pertama umat Islam di dunia.
Lebih dari setengah warga Yordania juga merupakan keturunan Palestina.
Namun, pada 1967 Israel mengobarkan perang selama enam hari melawan Mesir, Yordania, dan Suriah, yang kemudian dikenal Perang 1967.
Dalam perang ini, Israel berhasil menguasai Sinai, Jalur gaza, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Yerusalem Timur. Namun, kota terakhir itu tak secara resmi mencaplok, tetapi terintegrasi dalam pemerintahan.
Kemudian pada 1994, Israel dan Yordania menandatangani perjanjian damai. Dalam kesepakatan itu, Israel secara resmi mengakui peran khusus Yordania untuk melindungi tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Al-Aqsa.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>