Tanda bahwa korban bisa mencapai lebih dari 20 ribu jiwa juga salah satunya karena otoritas berwenang dinilai lamban menangani pasca-gempa.
Sejumlah warga Turki merasa frustrasi dan marah terhadap penanganan pihak berwenang yang disebut tak gesit.
Tim penyelamat dilaporkan baru tiba di lokasi bencana 12 jam setelah gempa terjadi. Menurut para penduduk, sesampainya di lokasi pun, tim hanya bekerja beberapa jam sebelum istirahat malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang memberontak [pada Selasa] pagi. Polisi harus turun tangan," kata salah satu warga Turki, Celal Deniez, seperti dikutip AFP, Rabu (8/2).
Gempa bermagnitudo 7,7 itu paling terasa di Gaziantep, Turki, dan Aleppo, Suriah. Dua wilayah itu merupakan kawasan padat penduduk.
Di Gaziantep, populasi tercatat sekitar 1,8 juta jiwa. Sementara di Aleppo, tercatat sekitar 2,2 juta jiwa.
Beberapa provinsi lain yang terdampak dan memiliki banyak penduduk yakni Adana (Turki) dengan 1,8 juta jiwa dan Hatay (Turki) dengan 1,6 juta jiwa.
Dengan banyaknya jumlah penduduk, kemungkinan korban jiwa lebih dari 20 ribu sangat memungkinkan.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Turki dan Suriah bisa melaporkan diri melalui portal peduli WNI secara online di situs www.peduliwni.kemlu.go.id.
Sementara itu, bagi keluarga yang ingin menghubungi kerabat atau rekan di Turki, bisa menghubungi hotline perlindungan WNI di Ankara, yakni +90 532 135 22 98.
Untuk di Suriah, dapat menghubungi hotline perlindungan WNI di Damaskus, yakni +963 954 444 810.
(blq/bac)