Pasukan tentara bayaran Rusia, Wagner Group, belakangan santer diperbincangkan setelah berkoar bakal merebut Kota Bakhmut menjelang satu tahun invasi di Ukraina pada 24 Februari mendatang.
Wagner juga ramai disorot setelah menyatakan tak mau lagi merekrut pasukan dari narapidana setelah mengalami rugi besar-besaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, jauh sebelum itu, kelompok Wagner disorot karena dinilai sebagai kelompok yang brutal dan terlibat dalam banyak peperangan.
Mengenai hal ini, berikut sejumlah sisi gelap Wagner Group:
Wagner punya taktik brutal yang disebut ahli militer sebagai "membunuh atau terbunuh".
Mengutip Visegrad Insight, taktik tak berperasaan itu utamanya dilakukan kala berperang, salah satunya di Ukraina. Wagner membunuh warga sipil di Bucha dan Ukraina timur, menyiksa warga, memperkosa, menjarah, menghilangkan paksa, hingga meledakkan infrastruktur dan bangunan sipil tanpa pandang bulu.
Aksi itu pun sampai membuat Wagner dicap melanggar hukum kemanusiaan internasional oleh intelijen AS. Mereka juga dicap melanggar hak-hak asasi manusia (HAM) oleh sejumlah kelompok HAM.
Ironisnya, sejumlah narapidana yang bergabung dengan Wagner merasa bahwa berperang bersama kelompok itu bisa memperkaya mereka secara spiritual. Padahal, lebih dari 85 persen prajurit Wagner meregang nyawa di medan perang.
Wagner selama ini dikenal mendukung Presiden Sudan Omar Hassan Ahmad al-Bashir, yang memerintah Sudan sejak 1993 sampai 2019.
Mengutip Middle East Monitor, Wagner pernah melakukan operasi di Sudan dan Mozambik untuk menyerang kelompok teroris di sana.
Namun, pada Maret 2022, Kementerian Luar Negeri di Khartoum membantah bahwa Wagner pernah beroperasi di Sudan. Dalam pernyataannya, Kemlu menyebutkan Wagner tak pernah ada di Sudan dan segala aktivitas mereka melanggar "hukum dan pemerintahan" Sudan.
"Pelaksanaan, penambangan, dan misi lain mereka bertentangan dengan aturan hukum dan pemerintahan," demikian keterangan Kemlu, seperti dikutip Middle East Monitor.
Selain Sudan, Wagner juga dikenal beroperasi di Libya karena hubungannya dengan komandan militer Khalifa Hifter.
Mengutip Associated Press News, pakar PBB mengatakan Wagner dikerahkan ke Libya sejak 2018 untuk membantu pasukan Hifter berperang melawan militan Islam di Libya Timur.
Lanjut baca di halaman berikutnya...