Para prajurit Wagner disebut-sebut berasal dari golongan masyarakat miskin.
Seorang pejabat dari Dinas Keamanan dan Intelijen Moldova (SIS) mengatakan prajurit Wagner memiliki "latar belakang sosial yang tidak stabil", seperti dikutip New Lines.
"Mereka tidak punya pekerjaan yang stabil, pendapatan yang stabil," ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para prajurit juga kebanyakan tak mengenyam pendidikan dan berusia antara 18-50 tahun. Namun, sebagian besar pejuang berusia 25 hingga 30 tahun.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Wagner Group Ancam Bakar Tank NATO hingga Sikap Selandia Baru soal OPM |
Para prajurit Wagner saat awal bergabung, diiming-imingi upah besar mulai dari 2 ribu dolar atau Rp30 juta sebulan atau lebih. Itu merupakan nominal yang cukup besar menurut standar Rusia dan Ukraina.
Bahkan, mereka yang punya pengalaman militer bisa menerima gaji dua kali lipat.
Namun demikian, sejumlah bukti menunjukkan bahwa para prajurit ditipu. Para tentara mengaku hanya mendapat gaji yang dijanjikan tersebut selama beberapa bulan pertama sebelum mereka tak lagi digaji atau mendapat upah yang kurang dari yang dijanjikan.
Sebuah video beredar di media sosial yang menampilkan eksekusi seorang prajurit pembangkang dengan menggunakan palu godam.
Sang pembangkang, dalam video itu, dipukuli kepalanya hingga tewas menggunakan simbol grup Wagner tersebut.
Sadisnya, bos Wagner Yevgeny Prigozhin hanya mengatakan bahwa prajuritnya sedang bersenang-senang.
Lebih dari itu, para prajurit yang kabur atau yang telah menyudahi kontrak dengan Wagner juga mengatakan bahwa Wagner tak pernah memperhatikan prajurit di medan perang. Bahkan, Wagner tak segan mengeksekusi langsung prajuritnya yang menolak berperang.
(blq/bac)