Jakarta, CNN Indonesia --
Pascapenyerangan pasukan Israel terhadap jemaah di Masjid Al Aqsa pada Rabu (5/4), sejumlah negara langsung bereaksi keras. Salah satunya adalah Iran.
Kurang dari 24 jam pascapenyerbuan pasukan Israel, Iran langsung menyerukan pertemuan darurat Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tentang situasi Palestina.
Saat melakukan percakapan telepon dengan Presiden RI Joko Widodo, Presiden Iran Ebrahim Raisi menyampaikan kecamannya soal tindakan Israel di Masjid Al Aqsa. Kepada Jokowi, Raisi menegaskan dukungan kepada warga Palestina dan memerangi Israel sebagai prinsip yang tak dapat diubah bagi umat Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raisi menekankan pentingnya menggelar sidang darurat OKI yang beranggotakan 57 negara mayoritas Muslim, terkait situasi di palestina.
[Gambas:Video CNN]
Seruan yang sama juga disampaikan Raisi ketika bertelepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Keduanya sepakat, dunia Islam harus bersatu menentang serangan Israel di Palestina.
Pada kesempatan itu, Erdogan dan Raisi satu suara melanjutkan upaya di forum internasional terutama di OKI dan Perserikatan Bangsa Bangsa, untuk mempertahankan status quo Al Aqsa.
Upaya Iran untuk menyudutkan Israel tak cukup sampai di situ.
Pasca insiden tersebut, Israel terus menerus dihujani tembakan roket dari berbagai titik seperti Lebanon, Gaza, hingga Suriah. Langkah ini dinilai jadi strategi Iran untuk menghadapi Israel, dengan menyebar ancaman dan serangan dari berbagai front.
Dilansir dari Jerusalem Post, ada beberapa kelompok yang diduga bagian dari proksi Teheran. Di antaranya Hamas, Hizbullah, Islamic Jihadis, dan beberapa kelompok lain yang kemungkinan menggunakan nama berbeda.
Sejak lama, Iran terus membawa konfliknya dengan Israel ke perbatasan-perbatasan negara Yahudi itu. Dukungan Iran untuk gerakan militan Hamas dan Hizbullah adalah kunci strategi ini selama beberapa dekade.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Misalnya ketika Teheran memasok Hamas dengan dukungan keuangan, hingga membantu pengembangan roket jarak jauh dan persenjataan yang lebih besar,
Dulu roket Hamas hanya bisa menempuh jarak beberapa kilometer. Namun kini roket Hamas bisa mencapai sebagian besar wilayah Israel.
Dukungan Iran terhadap kelompok Islamic Jihadis juga tak bisa dianggap sebelah mata. Kelompok ini bukan hanya punya ribuan roket, tapi juga memperlengkapi orang-orang bersenjata di Tepi Barat.
Sementara Hizbullah adalah sekutu utama terbesar Iran di wilayah tersebut. Hizbullah adalah organisasi yang dibangun sejak tahun 1980-an, yang didukung rezim revolusioner Islam Teheran dan mampu membangun kehadirannya di Lebanon Selatan.
Kekuatan kelompok Hizbullah tumbuh secara eksponensial sejak saat itu. Tidak hanya punya lebih dari 100 ribu roket, Hizbullah juga mengembangkan sistem yang lebih canggih seperti amunisi berpemandu presisi.
Contohnya, roket yang ditembakkan ke Israel pada 6 April atau sehari setelah serangan Al Aqsa, diluncurkan di dekat Tirus. Ini adalah area kehadiran Hizbullah.
Elemen lain ancaman Iran terhadap Israel juga termasuk milisi di Suriah dan Irak. Seperti Popular Mobilization Units yang berbasis di Irak, dan faksi mereka seperti Kataib Hezbollah dan Asaib Ahl al-Haq.
Hal ini membuktikan bahwa Iran sedang meningkatkan ancaman lewat konflik multi-front dengan Israel.
Dalam sepekan terakhir misalnya ada operasi pesawat tak berawak Iran pada 1 April, tembakan roket Gaza dari 5-7 April dan 34 roket yang ditembakkan ke Israel dari Lebanon pada pekan Paskah.
Selain itu ada juga tembakan roket dari Suriah pada 8 dan 9 April, juga penembakan di Tepi Barat dan drone yang diluncurkan dari Gaza pada 3 April.
Jika dilihat dari gambaran besar, Iran dan kelompok-kelompok pendukungnya berusaha mengancam Israel dari berbagai wilayah. Iran berupaya menunjukkan bahwa mereka bisa memanaskan perbatasan mana pun dengan Israel, dengan menggunakan berbagai kelompok kapan saja.
[Gambas:Photo CNN]