Jakarta, CNN Indonesia --
Ahli strategi militer yang merupakan mantan komandan jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk Eropa, Ben Hodges, membeberkan tiga cara Ukraina bisa merebut kembali Crimea dari Rusia.
Hodges mengatakan Ukraina bisa saja melakukannya, apalagi mereka memahami geografi, sejarah, cuaca, dan mengetahui apa yang dimiliki Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya membayangkan mereka nyaris memiliki kecerdasan yang sempurna soal apa yang terjadi di dalam Crimea," kata dia, seperti dikutip Newsweek, Senin (24/4).
Ia kemudian berujar, "Dan, saya tentu berharap kami, AS dan Inggris membantunya."
Berikut cara yang bisa ditempuh Ukraina untuk merebut Crimea?
1. Isolasi
Hodges mengatakan langkah pertama yakni mengisolasi Semenanjung Crimea.
Jika melihat peta, Crimea semakin terlihat seperti jebakan, atau mungkin jalan buntu bagi Rusia, kata dia.
[Gambas:Video CNN]
"Dan Anda bisa mengisolasi pertama dengan memutuskan jembatan darat," ujar Hodges.
Jembatan itu membentang dari perbatasan Rusia di barat Rostov on-Don hingga Sungai Dniper. Jalan penghubung itu juga menjadi pencapaian besar bagi Rusia.
Jalan tersebut juga bisa menjadi fasilitas yang lebih baik bagi Rusia untuk menyuplai logistik ke Semenanjung Crimea.
"Saya pikir itulah tujuan utama serangan Ukraina yang akan datang. Menghancurkan jembatan darat, dan setelah selesai fase kedua dimulai," ujar Hodges.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
2. Bombardir total
Jika pasukan Ukraina bisa mencapai ambang pintu Crimea, banyak target fasilitas militer dan infrastruktur yang berada dalam jangkauan.
"Anda memulai menghantam target untuk membuat semenanjung tak bisa dijangkau pasukan Rusia," ucap Hodges.
Lebih lanjut, ia menerangkan pasukan Ukraina bisa membombardir Sevastopol, dan meninggalkan Armada Laut Hitam.
"Mereka [Pasukan Rusia] tak bisa berada di sana sementara senjata presisi menerjang kapal, atau fasilitas pelabuhan, bahan bakar, amunisi, dan yang lain, sama seperti saat membombardir pangkalan udara Saky," ungkap Hodges.
Ia juga mengatakan pendekatan itu bisa saja diterapkan di Crimea karena Rusia mengerahkan kekuatan signifikan.
"Dengan pasukan yang bergantung pada infanteri massal, mereka harus memiliki markas dan artileri," kata Hodges lagi.
Pasukan Ukraina bisa memulai serangan ke gudang amunisi dan artileri, dan pusat-pusat transportasi dengan senjata presisi yang dimiliki.
Salah satu senjata presisi itu di antaranya Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi (High Mobility Artillery Rocket System/HIMARS).
"Saya pikir itulah yang akan menjadi fase kedua, berlangsung setelah berbagai target tak bisa dipertahankan Rusia dan tak bisa berperang secara efektif di Crimea," ujar Hodges.
3. 'Memenangkan' penduduk Crimea
Beberapa pihak mengatakan bertempur di Crimea bukan hal mudah. Pasukan Ukraina juga harus bersaing dengan ratusan ribu penduduk kelahiran Rusia, atau setidaknya mereka yang tak ingin pergi.
Pada 2014, penduduk kelahiran Ukraina di Crimea lebih pro-Rusia daripada penduduk lain di negara itu, terbukti dengan hasil pemilu dan referendum.
Saat pasukan Rusia menguasai semenanjung itu, ribuan pasukan Ukraina diyakini telah kalah.
Hodges kemudian menyarankan pasukan Ukraina mungkin harus 'memenangkan' penduduk di Crimea.
"Anda betul-betul harus ke sana dan membereskannya dan mengokupasinya. Bagaimana yang terjadi, saya tak begitu yakin. Itu bukan tugas yang mudah."
"Tetapi saya pikir Ukraina akan memikirkan bagaimana mereka melakukannya," kata Hodges lagi.