Erdogan selama ini dikenal dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Turki dan Negeri Beruang Merah memang menjalin hubungan diplomatik yang hangat.
Saat awal invasi Rusia di Ukraina, Turki bahkan tak ikut negara Barat melancarkan sanksi ke Rusia. Ankara justru berusaha mempertahankan hubungan dengan Moskow.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi ekonomi, Turki juga bergantung pada minyak dan gas Rusia serta pendapatan dari ekspor pertanian ke negara itu.
Erdogan juga mengoordinasikan aktivitas militer mereka di Suriah dengan pasukan Putin untuk menangani kelompok Kurdi di Suriah. Kurdi dianggap sebagai organisasi teror bagi Ankara.
Di sisi lain, Amerika Serikat bakal ketar-ketir jika Erdogan menang. Sebab AS selama ini bermusuhan dengan Rusia dan "anti" pemerintahan otokratis.
Karenanya, kedekatan Erdogan dan Putin serta cara memerintah Erdogan yang otoriter pun dianggap tak sejalan dengan AS.
Salah satu hal yang bakal terjadi jika Erdogan terpilih lagi jadi presiden yaitu Swedia semakin sulit bergabung dengan NATO.
Turki selama ini memblokir upaya Swedia yang memohon masuk NATO. Sebagai salah satu anggota, Swedia memang harus mendapat restu Ankara untuk bisa bergabung dengan NATO.
Namun, Ankara memberi syarat yang ditentang Stockholm yaitu memulangkan anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang kabur ke negara mereka jika ingin mendapat restu.
Di samping syarat tersebut, Swedia juga makin sulit gabung akibat ulah salah satu politikus sayap kanan mereka, Rasmus Paludan, yang membakar Al Qur'an di depan Kedubes Turki di Stockholm pada akhir Januari lalu. Erdogan marah besar dan menyatakan ogah merestui Swedia akibat aksi Paludan.
(blq/bac)