Jakarta, CNN Indonesia --
Petahana Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, masih menjadi sosok yang difavoritkan dalam pemilu, meski kepemimpinannya selama 20 tahun terakhir disebut membuat Turki dilanda berbagai krisis.
Selama beberapa waktu belakangan, Ankara dihantam masalah politik mulai dari protes massal, korupsi, upaya kudeta militer, hingga gelombang pengungsi dari Suriah.
Tak cuma itu, Turki juga dilanda krisis ekonomi gila-gilaan dan dampak gempa bumi dahsyat yang terjadi awal Februari lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Erdogan masih menjadi kandidat calon presiden terkuat menyaingi Kemal Kilicdaroglu di posisi oposisi. Mengapa demikian?
Dilansir Al Arabiya, selama memimpin Turki presiden berusia 69 tahun itu selalu menerapkan nilai-nilai Islam di negara yang selama hampir satu abad ini didefinisikan sebagai negara sekularisme.
Upaya Erdogan ini berhasil memupuk loyalitas mendalam di antara para pendukungnya yang konservatif. Salah satu upaya Erdogan yaitu memerangi LGBT.
Dia juga mencabut aturan yang melarang perempuan mengenakan jilbab di sekolah dan kantor pemerintah.
[Gambas:Video CNN]
Erdogan selama ini juga mempererat kekuasaannya dengan berani menggelontorkan biaya besar untuk infrastruktur demi menyenangkan konstituen. Dia berjanji bakal menghabiskan dana berapa pun untuk merekonstruksi daerah-daerah terdampak gempa.
Karena janjinya ini, partainya, AK, memenangkan suara di 10 dari 11 provinsi terdampak gempa di Turki dalam pemilu.
Erdogan juga secara ketat mengendalikan media demi terus menampilkan citra baiknya di mata publik. Stasiun televisi negara TRT Haber disebut telah menghabiskan lebih dari 48 jam waktu siaran hanya untuk Erdogan sejak 1 April.
Durasi itu berbeda dengan yang diberikan kepada Kilicdaroglu yaitu selama 32 menit, menurut Ilhan Tasci, anggota pengawas radio dan televisi Turki.
Dia juga difavoritkan karena banyak pendukungnya memandang sang petahana sebagai pemimpin yang berhasil menunjukkan bahwa Turki bisa menjadi pemain utama dalam geopolitik.
Lanjut di halaman berikutnya...
Erdogan selama ini menunjukkan bahwa Turki merupakan negara yang mandiri serta dapat dengan mudah mengendalikan militer, karena terlibat dengan negara-negara Timur dan Barat.
Di bawah kepemimpinannya, Turki menjadi anggota kunci NATO karena lokasinya yang strategis di persimpangan Eropa dan Asia, serta kekuatannya sebagai pengendali militer terbesar kedua di aliansi tersebut.
Erdogan berhasil membawa Turki menjadi anggota NATO yang sangat diperlukan dan terkadang juga merepotkan. Swedia sampai-sampai kesulitan masuk aliansi usai bersitegang dengan Ankara.
Turki juga punya pengaruh besar karena menengahi kesepakatan penting yang memungkinkan Ukraina mengirim biji-bijian melalui Laut Hitam ke berbagai bagian dunia yang berjuang keras melawan kelaparan.
Usai perang saudara pecah di Suriah pada 2011, Erdogan juga melibatkan Turki dengan mendukung oposisi yang berupaya menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Kekacauan di Suriah pun meletus hingga memicu gelombang pengungsi Suriah kabur ke berbagai negara Eropa. Erdogan menggunakan kesempatan itu untuk mengancam bakal membuka perbatasan Turki dan membanjiri negara Eropa dengan para migran. Negara Eropa pun 'tunduk' dengan Erdogan karena ogah menerima gelombang pengungsi Suriah.
Menurut wawancara dengan para pemilih dan analis, popularitas Erdogan juga didapat karena banyak warga Turki yang lebih menginginkan stabilitas ketimbang perubahan.
"Selama masa krisis nasional seperti ini, orang biasanya berkumpul di sekitar pemimpin," kata Gonul Tol, analis di Middle East Institute di Washington.
"Para pemilih tidak memiliki cukup kepercayaan pada kemampuan oposisi untuk memperbaiki keadaan."
Dalam pemilihan umum kali ini, Erdogan pun diprediksi menang lagi. Ia akan memperpanjang pemerintahannya hingga 2028 jika berhasil mengamankan suara mayoritas atau lebih dari 50 persen di putaran kedua.
Pada putaran pertama, Erdogan mengantongi 49,51 persen suara, unggul empat poin dari Kilicdaroglu yang meraih 44,88 persen suara.
Dia bahkan sudah menerima dukungan dari kandidat presiden lainnya, Sinan Ogan, yang mengajak pendukungnya memilih Erdogan pada 28 Mei mendatang. Ogan merupakan salah satu kandidat capres yang meraih 5,17 persen suara pada putaran pertama.