Sederet kabar meramaikan berita internasional Kamis (25/5), dari Presiden Iran Ebrahim Raisi memuji pemuda RI, hingga Presiden Recep Tayyip Erdogan menuding partai Kurdistan mendukung capres rivalnya.
CNNIndonesia.com merangkum berita-berita global yang menyedot banyak perhatian sepanjang Kamis tersebut dalam Kilas Internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, memuji pemuda-pemudi Indonesia yang menurutnya pandai membedakan sahabat dan musuh. Ia melontarkan pendapat itu saat membahas soal marak ajaran sesat berkedok agama.
"Saya melihat kemampuan, pemahaman, dan membaca situasi (seperti itu) ada di Indonesia. Untuk itu saya sampaikan apresiasi," kata Raisi di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rabu (24/5).
Ia menilai kemampuan tersebut merupakan sebuah keunggulan dan anugerah yang patut disyukuri, apalagi di era media saat in,i di mana menurutnya arus informasi mengalir hingga kerap mengaburkan batasan tersebut.
"Tekad yang besar dari pemuda-pemudi, solidaritas antara berbagai golongan bangsa adalah hal yang bisa memberikan kita semua sebuah kemampuan, kemampuan untuk membaca situasi dan menentukan di mana posisi teman, sahabat, dan di mana posisi musuh," kata Raisi.
Yevgeny Prigozhin, bos tentara bayaran Rusia, Wagner Group, memperingatkan bahwa pasukan Negeri Beruang Merah dapat memberontak jika invasi di Ukraina terus berlanjut.
"Semua perpecahan ini bisa berakhir dengan revolusi, seperti pada tahun 1917," ujar Prigozhin, seperti dikutip CNN.
Revolusi 1917 di Rusia merupakan gerakan politik yang berhasil menggulingkan pemerintahan dan mengganti sistem Tsar, hingga akhirnya Uni Soviet berdiri.
Prigozhin lalu membeberkan "skenario kasar" jika pemberontakan benar-benar terjadi.
"Pertama, para prajurit akan bangkit, dan setelahnya, orang yang mereka cintai akan bangkit. Salah jika kita berpikir hanya ada ratusan dari mereka, kerabat dari mereka terbunuh. Sudah ada puluhan ribu," ujar dia.
Ia kemudian berkata, "Dan mungkin akan ada ratusan ribu [orang yang tewas] dan kita tak bisa menghindarinya."
Presiden Recep Tayyip Erdogan murka setelah menuding Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dianggap teroris di Turki disebut mendukung calon presiden rivalnya, Kemal Kilicdaroglu, di pemilu putaran kedua mendatang.
Erdogan murka setelah beredar video anggota PKK di Pegunungan Qandil bertemu Kilicdaroglu. Beberapa pihak menilai video itu hanya rekayasa, tapi Erdogan menganggapnya serius.
"Direkayasa atau tidak, mereka merekam video bersama orang-orang di Qandil. Dan, anggota PKK menunjukkan dukungan mereka ke Kilicdaroglu dengan video," ujar Erdogan, Selasa (23/5).
Menurut laporan i24 News, video itu dirilis sepuluh bulan lalu. Dalam rekaman tersebut, milisi Kurdi sebenarnya bersorak untuk komandan mereka sendiri, tapi diedit sedemikian rupa dengan memasukkan cuplikan Kilicdaroglu.
(has)