Meski begitu, pada 2019, penyelidikan terhadap Folbigg kembali dibuka dan hasilnya menunjukkan tak ada keraguan yang masuk akal bahwa ibu empat anak itu telah melakukan kejahatan.
Penyelidikan lain juga dimulai tahun lalu setelah bukti ilmiah baru muncul, di mana hasilnya memberikan penjelasan genetik atas kematian anak-anak tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewan yang membantu penyelidikan, Sophie Callan, sempat mengatakan bahwa "di seluruh bukti sebelum penyelidikan ini, ada keraguan yang masuk akal mengenai kesalahan Folbigg."
Saat closing submission, dia juga mengindikasi bahwa dirinya "terbuka untuk penyelidikan guna menyimpulkan adanya keraguan yang masuk akal mengenai kesalahan Folbigg."
Menurut Callan, ada "bukti ahli persuasif" bahwa Patrick kemungkinan meninggal karena kelainan neurogenetik yang membuatnya epilepsi.
Mantan hakim agung negara bagian, Thomas Bathurst, juga mengatakan Sarah dan Laura kemungkinan mengidap mutasi genetik yang dikenal sebagai CALM2-G114R yang menjadi penyebab kematian mereka.
Kemudian, sehubungan dengan kematian Caleb alias anak keempatnya, Bathurst menemukan bahwa "bukti kebetulan dan kecenderungan yang merupakan inti kasus Crown (2003) hilang."
Dia pun mengatakan buku harian yang digunakan pengadilan untuk menjerat Folbigg pada hakikatnya ialah tulisan-tulisan seorang ibu yang berduka dan mungkin depresi hingga menyalahkan dirinya sendiri atas kematian setiap anaknya.
Hal-hal inilah yang kemudian mendorong Jaksa Agung New South Wales Michael Daley turun tangan untuk merekomendasikan kepada gubernur negara bagian untuk mengampuni Folbigg tanpa syarat dan untuk membebaskan dia, demikian dikutip The Guardian.
Tak lama setelah itu, Folbigg pun akhirnya dibebaskan dari lembaga pemasyarakatan (lapas) Clarence, setelah pukul 11.00 pagi waktu setempat.
(blq/bac)