Erdogan diprediksi akan menjadi sorotan selama pertemuan berlangsung. Belakangan, dia menjadi perbincangan karena menolak Swedia bergabung dengan NATO.
Untuk menjadi anggota NATO, seluruh anggota harus memberikan persetujuan kepada calon anggota.
Swedia padahal selama ini menyatakan telah memenuhi syarat yang diajukan Turki untuk bergabung dengan aliansi. Namun, insiden pembakaran Al Quran baru-baru ini memicu kemarahan Ankara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Turki, Hungaria juga masih pikir-pikir memberi lampu hijau untuk Swedia. Namun, Budapest bisa saja memberi sinyal, jika Ankara mengizinkan Stockholm masuk NATO.
Di sela-sela KTT, Erdogan akan bertemu Biden guna membahas keanggotaan Swedia di NATO.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, sebelumnya juga menyerukan pertemuan Erdogan dengan PM Swedia Ulf Kristersoon pada hari ini, Senin.
Stoltenberg berharap Erdogan bisa meratifikasi keanggotaan Swedia.
"Sangat mungkin ada keputusan positif di pertemuan puncak," kata Stoltenberg.
Status Swedia yang mendaftar jadi anggota NATO juga bakal bikin Rusia ketar-ketir. Pasalnya, kedua negara memiliki perbatasan darat yang sangat luas.
Setelah Rusia merebut Crimea dari Ukraina pada 2014, negara anggota NATO berjanji mencoba membelanjakan dua persen dari produk domestik bruto untuk pertahanan pada 2024.
Namun, menjelang tenggat waktu itu, hanya 11 negara NATO yang diproyeksikan mencapai target tahun ini.
Kini, mereka telah merundingkan perjanjian baru dan mungkin lebih ambisius karena invasi Rusia di Ukraina. Angka dua persen akan menjadi komitmen minimum meski ditentang Luksemburg dan Kanada.
Sokongan senjata dari NATO diprediksi bakal bikin Rusia makin menggila untuk terus menyerang Ukraina.
Perang Rusia telah mendorong perombakan terbesar pertahanan negara anggota NATO di bagian timur dalam satu generasi.
Para pemimpin harus menandatangani rencana regional baru di Vilnius yang menerangkan bagaimana sekutu akan menghentikan serangan Rusia di perbatasan NATO.
Salah satunya meningkatkan jumlah pasukan siap tempur yang bisa dipanggil NATO dari 40 ribu menjadi 300 ribu.
(isa/bac)