Persoalan penggunaan stan sempat menjadi sorotan usai Kirgizstan dan Kazakhstan ingin menghapus sufiks itu.
Pada 2014 lalu, partai politik di Kirgizstan Ar Namys mengusulkan penghapusan akhiran kata stan melalui referendum nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhir kata stan berasal dari bahasa Persia, dan kata Kirgizstan diciptakan di era Soviet," kata pemimpin Ar Namys, Feliks Kulov, dikutip Radio Free Europe.
Ia lalu mengusulkan agar referendum digelar pada 2015. Kulov juga menyarankan penambahan prefiks El untuk mengganti stand sehingga menjadi Republik El Kyrgys.
Kulov bukan satu-satunya pihak yang protes soal akhiran kata nama negara itu. Pada 2012, pemimpin partai Aalam, Arslanbek Maliev, mengungkapkan stan memiliki konotasi yang tak menguntungkan karena kerap diasosiasikan dengan Afghanistan dan Kurdistan.
Afghanistan dianggap menjadi negara yang rentan konflik dan lemah secara ekonomi, sementara Kurdistan disebut-sebut sebagai bangsa yang kurang beruntung karena tak punya negara.
Lihat Juga : |
Kirgizstan bukan satu-satunya negara yang ingin menghilangkan sufiks stan. Negara pecahan Uni Soviet lain, Kazakhstan, sempat menyatakan minat mereka untuk melepas stan.
Presiden kala itu, Nursultan Nazarbaev, mengusulkan penghapusan akhiran kata itu untuk membedakan Kazakhstan dengan negara miskin lain di kawasan tersebut.
Nazarbaev meminta pihak berwenang Kazakshtan mempertimbangkan nama menjadi El Kazakh atau Tanah Kazakh sebagai nama negara.
Namun, ide tersebut tak pernah terwujud hingga sekarang. Salah satu alasannya karena Kazakhstan perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mengganti nama di dokumen resmi, uang kertas dan koin, hingga paspor sesuai nama baru.
(isa/bac)