Korea Selatan akan dikenai tarif sebesar 25%, sedikit turun dari 26% yang dikenakan pada bulan April lalu.
Korea Selatan sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan meminta perpanjangan batas waktu yang ditetapkan Trump pada 9 Juli.
"Kami menganggap surat ini sebagai perpanjangan de facto masa tenggang untuk penerapan tarif balasan hingga 1 Agustus," ujar Kementerian Perindustrian Korea Selatan dalam pernyataan tertanggal 8 Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, mengatakan pada 3 Juli bahwa "masing-masing pihak belum benar-benar memahami apa yang diinginkan" AS.
Korea Selatan menyatakan akan menerapkan tarif "hampir 0%" terhadap produk AS berdasarkan perjanjian perdagangan bebas, dengan tarif efektif hanya sekitar 0,79%.
Trump, sebaliknya, mengklaim bahwa Korea Selatan menerapkan tarif "empat kali lipat" dari AS. Ia juga mengeluhkan bahwa AS telah "memberikan terlalu banyak bantuan militer" kepada Korea Selatan, termasuk dengan menempatkan 28.500 tentara AS di wilayah Korea Selatan untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara.
Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo, bertemu dengan Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, di Washington pada 5 Juli.
Dalam pertemuan itu, Yeo mengusulkan kemitraan manufaktur yang "saling menguntungkan" sebagai upaya terakhir untuk menghindari tarif Trump. Sebagai negara pengekspor utama mobil dan baja, Korea Selatan juga rentan terhadap tarif terpisah untuk sektor otomotif dan logam yang diberlakukan Trump - yang ingin mereka hindari sepenuhnya.
Thailand akan dikenakan bea masuk sebesar 36% mulai 1 Agustus jika kesepakatan tidak tercapai sebelum tanggal tersebut.
Thailand sebelumnya menyatakan optimisme bahwa mereka akan mencapai kesepakatan tarif dengan AS sebelum tenggat waktu, dan berharap mendapat tarif yang lebih menguntungkan dibandingkan kesepakatan yang baru-baru ini dicapai AS dengan Vietnam. Hal ini mengingat defisit perdagangan Thailand terhadap AS lebih kecil dibanding Vietnam.
"Kesepakatan Vietnam menjadi tolok ukur," kata Poj Aramwattananont, Ketua Kamar Dagang Thailand, seperti dikutip Bangkok Post.
Thailand telah mengajukan proposal baru yang mencakup konsesi untuk mengurangi surplus perdagangannya terhadap AS sebesar 70% dalam lima tahun, ungkap Menteri Keuangan Pichai Chunhavajira kepada Bloomberg pada 6 Juli.
Negosiator Thailand bertemu langsung dengan pejabat AS untuk pertama kalinya minggu itu, setelah sebelumnya mengadakan beberapa putaran diskusi daring sebelum kunjungan ke Washington.
Thailand mengusulkan pengurangan tarif terhadap produk AS dan berjanji akan membeli lebih banyak produk Amerika. Thailand juga berkomitmen untuk memberantas praktik kecurangan dagang.
Lihat Juga : |
Setelah mengancam menerapkan kenaikan tarif ke Indonesia, Trump pada Rabu (16/7) mengumumkan AS telah mencapai kesepakatan strategis dengan Indonesia. Ia menuturkan kesepakatan ini bahkan menjadi salah satu yang bersejarah bagi AS karena menjadikan Negeri Paman Sam mendapatkan akses sepenuhnya ke pasar Indonesia.
Pernyataan itu ia sampaikan usai berbicara langsung dengan Presiden Prabowo Subianto.
"Kami telah membuat kesepakatan dengan Indonesia. Saya berbicara dengan presidennya yang luar biasa, sangat populer, kuat, cerdas. Dan kami menyepakati perjanjian, kami mendapatkan akses penuh ke Indonesia, segalanya. Seperti yang Anda tahu, Indonesia sangat kuat dalam hal tembaga, dan sekarang kami punya akses penuh ke semua itu," kata Trump.
Dalam kesepakatan tersebut, AS dipastikan tidak akan membayar tarif apapun atas akses terhadap sumber daya Indonesia.
Sebaliknya, Indonesia justru dikenai tarif sebesar 19 persen atas ekspor ke AS. Menurut Trump, ini merupakan bagian paling penting dari kesepakatan yang diklaim menguntungkan kedua belah pihak.
(rds)