Candi Ta Moan Thom merupakan salah satu dari sejumlah situs kuno yang berada di garis perbatasan Thailand-Kamboja dan telah lama menjadi titik panas dalam hubungan bilateral.
Candi tersebut diyakini sebagai bagian dari teritori Kamboja berdasarkan Konvensi Prancis-Siam (Kini Thailand) 1907, serta didukung oleh peta-peta resmi dan pendaftaran situs di Kementerian Kebudayaan dan Seni Rupa Kamboja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuknya personel militer dan warga Thailand ke wilayah tersebut dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma internasional dan merusak semangat kerja sama kawasan.
"Insiden ini mencederai nilai-nilai internasional dan merusak kepercayaan antara dua negara anggota ASEAN," lanjut pernyataan tersebut.
Perselisihan mengenai situs-situs kuno di wilayah sengketa bukan hal baru bagi kedua negara.
Selain Ta Moan Thom, ketegangan juga sempat pecah pada 2011 di kawasan Candi Preah Vihear, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang juga diklaim Kamboja berdasarkan putusan Mahkamah Internasional (ICJ).
Bentrokan saat itu menewaskan puluhan orang dan memaksa ribuan warga sipil dari kedua negara untuk mengungsi.
Thailand dan Kamboja berbagi garis perbatasan sepanjang 817 kilometer yang sebagian besar dipetakan oleh kolonial Prancis ketika menjajah Kamboja. Namun, perbedaan interpretasi terhadap peta dan perjanjian lama menjadi sumber utama sengketa.
Thailand hingga kini tidak mengakui yurisdiksi Mahkamah Internasional atas sejumlah wilayah perbatasan, termasuk area di sekitar candi-candi kuno seperti Ta Moan Thom dan Preah Vihear.
Di sisi lain, Kamboja menjadikan keputusan ICJ dan perjanjian Prancis-Siam 1907 sebagai dasar klaim historis dan hukum atas wilayah-wilayah tersebut.
Sengketa ini tidak hanya menyangkut batas negara, tetapi juga menyentuh aspek identitas nasional dan kebanggaan budaya.
Setiap klaim atas situs candi bersejarah dipandang bukan hanya sebagai soal kedaulatan, tetapi juga sebagai bentuk penjagaan atas warisan keturunan.
(bac)