Alasan Kepala Staf IDF Ogah Manut Ambisi Netanyahu Caplok Total Gaza

CNN Indonesia
Kamis, 07 Agu 2025 17:25 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu kembali menuai kecaman lantaran mengumumkan rencananya melancarkan operasi militer besar-besaran terbaru ke Jalur Gaza Palestina.
PM Israel Benjamin Netanyahu kembali menuai kecaman lantaran mengumumkan rencananya melancarkan operasi militer besar-besaran terbaru ke Jalur Gaza Palestina. (Foto: AFP/-)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menuai kecaman lantaran mengumumkan rencananya melancarkan operasi militer besar-besaran terbaru ke Jalur Gaza Palestina untuk menaklukkan wilayah itu sepenuhnya.

Rencana ini muncul kala agresi brutal Israel ke Jalur Gaza sejak Oktober 2023 masih berlangsung dan telah menewaskan lebih dari 60 ribu warga Palestina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, rencana pencaplokan total Gaza ini juga muncul kala Netanyahu makin terpojok, di mana negara-negara Barat sekutu Israel mulai menjaga jarak bahkan menjauhi dan mengecam agresi Tel Aviv ke Gaza.

Beberapa negara sekutu Israel seperti Prancis hingga Inggris, dua negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, juga berencana mengakui Palestina sebagai sebuah negara pada September mendatang.

Di dalam negeri, Netanyahu juga bukan tanpa kritikan. Kepala Staf Militer Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir, bahkan terang-terangan menganggap rencana sang PM tidak ideal. Keduanya dikabarkan cekcok saat rapat jajaran kabinet keamanan untuk membicarakan rencana Netanyahu soal Gaza.

Dalam pertemuan dengan pejabat tinggi Israel pada Selasa (5/8) malam, Zamir mengingatkan Netanyahu bahwa pengambilalihan penuh Jalur Gaza akan menyeret militer Israel ke dalam perang yang lebih dalam dan berisiko tinggi, serta membahayakan keselamatan sandera yang masih ditahan Hamas.

Menurut tiga sumber yang mengetahui isi pertemuan tersebut, Zamir juga menilai langkah itu akan membebani pasukan Israel yang kini sudah mengalami tingkat kelelahan dan keausan yang tinggi, khususnya di kalangan pasukan cadangan.

Dua sumber lainnya menyebutkan bahwa Zamir mengusulkan pendekatan alternatif, yakni dengan mengepung Kota Gaza dan wilayah-wilayah lain yang diduga menjadi lokasi para sandera.

Namun, Netanyahu justru mendorong operasi militer yang lebih luas hingga ke jantung wilayah Gaza.

Netanyahu dijadwalkan menggelar pertemuan Dewan Keamanan Israel pada Kamis untuk mendorong rencana "penaklukan total Jalur Gaza", sebuah eskalasi besar dari kampanye militer Israel yang sudah berlangsung hampir dua tahun dan mendapat tekanan internasional untuk segera dihentikan.

Peringatan dari Zamir mencerminkan perbedaan pendapat yang semakin mencolok antara pimpinan militer dan elit politik Israel.

Militer Israel diketahui lebih cenderung pada upaya diplomatik untuk mengakhiri perang, sementara Netanyahu dan para sekutu sayap kanannya justru menginginkan kemenangan total atas Hamas.

Militer Israel mengklaim telah menguasai sekitar 75 persen wilayah Gaza sejak operasi militer dimulai hampir dua tahun lalu.

Namun, Zamir menegaskan bahwa pendudukan penuh akan membuka kembali luka lama, mengingat Israel sudah menarik diri dari Gaza dua dekade lalu.

Sikap Zamir kembali membuatnya berselisih dengan sejumlah menteri dari partai-partai ultra-kanan, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, yang secara terbuka mendesak agar Zamir menyatakan kesetiaannya kepada keputusan politik, bahkan jika itu berarti mencaplok Gaza secara penuh.

"Zamir harus menyatakan secara langsung bahwa ia akan mematuhi keputusan politik pemerintah, termasuk jika dilakukan penaklukan penuh," kata Ben-Gvir melalui media sosial seperti dikutip CNN.

Meski demikian, Kantor Perdana Menteri merilis pernyataan usai pertemuan hari Selasa, menyebut bahwa "IDF siap melaksanakan setiap keputusan yang diambil oleh Dewan Keamanan."

Sementara itu, pemimpin oposisi sekaligus eks PM Yair Lapid turut angkat suara usai bertemu dengan Netanyahu pada Rabu.

Ia menyebut rencana penaklukan total Gaza sebagai "ide yang sangat buruk".

"Kita tidak bisa melangkah sejauh ini tanpa dukungan mayoritas rakyat," kata Lapid dalam sebuah video.

"Rakyat Israel sudah lelah dengan perang ini, kita akan membayar harga yang sangat mahal."

Survei publik di Israel pun menunjukkan bahwa mayoritas warga mendukung pengakhiran perang demi pembebasan sekitar 50 sandera yang masih tersisa di Gaza.

Di sisi lain, krisis kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 138 orang tewas hanya dalam 24 jam terakhir, jumlah korban tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.

Lima orang dilaporkan meninggal akibat kelaparan pada periode yang sama, menjadikan total korban kelaparan dan malnutrisi mencapai 193 jiwa, termasuk 96 anak-anak.

Data PBB menunjukkan bahwa hanya 1,5 persen lahan pertanian di Gaza yang masih bisa diakses dan tidak rusak, memperparah situasi kelaparan di wilayah tersebut.

Badan koordinasi Israel untuk bantuan kemanusiaan (COGAT) menyebut sekitar 300 truk bantuan memasuki Gaza pada Selasa dan didistribusikan oleh PBB dan organisasi internasional.

Namun, Kantor Media yang dikelola Hamas menyebut hanya 84 truk yang benar-benar masuk, jauh dari kebutuhan minimum harian sebesar 600 truk bantuan dan bahan bakar.

(zdm/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER