Makin Gila! Netanyahu Mimpi Buat 'Israel Raya' Caplok Wilayah 5 Negara

CNN Indonesia
Kamis, 14 Agu 2025 05:30 WIB
PM Benjamin Netanyahu menyatakan dirinya tengah menjalankan misi bersejarah dan spiritual untuk memperluas wilayahnya dengan visi "Israel Raya".
PM Benjamin Netanyahu menyatakan dirinya tengah menjalankan misi bersejarah dan spiritual untuk memperluas wilayahnya dengan visi "Israel Raya". (Foto: Getty Images via AFP/STEPHANIE KEITH)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan dirinya tengah menjalankan misi bersejarah dan spiritual untuk memperluas wilayahnya dengan visi "Israel Raya".

Rencana Netanyahu soal perluasan Israel Raya ini mencakup wilayah pendudukan Palestina dan sebagian wilayah Yordania, Lebanon, Suriah, serta Mesir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancara dengan saluran Israel i24 yang dilaporkan The Times of Israel pada Selasa (12/8), pewawancara Sharon Gal memperlihatkan sebuah peta yang digambarkan sebagai "Tanah yang Dijanjikan" kepada Netanyahu.

Gal kemudian menanyakan apakah perdana menteri merasa terhubung dengan visi Israel Raya tersebut.

Dikutip Middle East Eye, Netanyahu menggambarkan dirinya sedang menjalankan "misi bersejarah dan spiritual" dan mengaku merasa "sangat" terhubung dengan gagasan Israel Raya ini.

Meski wujud peta tersebut tidak ditampilkan di layar, istilah "Israel Raya" secara luas dipahami sebagai visi ekspansionis yang mencakup wilayah yang jauh lebih luas.

Istilah ini sebelumnya digunakan oleh kalangan ultra-nasionalis Israel untuk mengklaim sebagian wilayah Yordania, Mesir, dan Suriah selain Tepi Barat dan Jalur Gaza Palestina yang diduduki. Wilayah-wilayah perluasan ini dicap kaum ultra-nasionalis sebagai bagian dari negara Israel di masa depan.

Ketika ditanya apakah misinya mewakili bangsa Yahudi atau memiliki tujuan lintas generasi yang lebih luas, Netanyahu mengatakan "saya berada dalam misi lintas generasi. Jadi, jika Anda bertanya apakah saya merasa ini adalah misi bersejarah dan spiritual, jawabannya adalah ya."

Dikutip Middle East Monitor (MEMO), istilah "Israel Raya" pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada Juni 1967. Saat itu, Israel menduduki Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza di Palestina. Israel juga menduduki Semenanjung Sinai Mesir dan Dataran Tinggi Golan Suriah.

Istilah ini masih digunakan untuk menggambarkan visi politik Israel yang mencakup wilayah-wilayah tersebut.

Pernyataan Netanyahu ini muncul kala dirinya berencana melancarkan operasi militer baru ke Jalur Gaza dan mencaplok sejumlah wilayah itu. Meski dikecam dunia internasional, Netanyahu ngotot melakukan operasi ini.

Selain itu, pada Januari lalu, Kementerian Luar Negeri Israel juga sempat memublikasikan di salah satu platform elektroniknya sebuah peta yang diklaim memuat sejarah Israel ribuan tahun lalu.

Peta tersebut sejalan dengan narasi berulang pihak Israel mengenai adanya "Kerajaan Yahudi" yang mencakup sebagian wilayah pendudukan Palestina, Yordania, Lebanon, Suriah, dan Mesir.

Pandangan serupa juga diungkapkan sejumlah menteri di pemerintahan Netanyahu.

Tahun lalu, dalam sebuah film dokumenter, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich terekam mendukung perluasan batas negara Israel hingga mencakup Damaskus, Suriah.

Ia menyebut Israel pada akhirnya akan berkembang mencakup seluruh wilayah Palestina serta sebagian wilayah Yordania, Lebanon, Mesir, Suriah, Irak, dan Arab Saudi.

"Telah tertulis bahwa masa depan Yerusalem adalah berkembang hingga Damaskus," ujarnya, merujuk pada ideologi "Israel Raya".

Smotrich sebelumnya juga menyampaikan gagasan serupa pada 2023, dalam acara peringatan seorang aktivis Likud di Paris.

Berbicara dari podium yang dihiasi peta Israel mencakup wilayah Yordania, ia memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa "tidak ada yang namanya" bangsa Palestina.

Di sisi lain, Hamas mengecam keras Netanyahu dan visi "Israel Raya" ini.

Dalam pernyataannya, Hamas menyebut komentar Netanyahu sebagai bukti "bahaya" dari skema ekspansionis yang mengancam seluruh negara dan bangsa di kawasan.

Dikutip Al Jazeera, Hamas juga menuduh Netanyahu menjalankan agenda "kriminal dan ekstremis" sambil melancarkan perang pemusnahan dan kelaparan terhadap warga Palestina di Gaza.

Hamas menyerukan negara-negara Arab mengambil langkah "tegas dan jelas", termasuk mendukung perlawanan Palestina, memutus hubungan dengan Israel, menghentikan normalisasi, dan bersatu menghadapi pendudukan.

Kelompok itu juga mendesak komunitas internasional mengutuk pernyataan Netanyahu tersebut dan segera bertindak nyata menghentikan agresi brutal Israel terhadap warga sipil di Gaza, serta menggagalkan setiap ambisi ekspansionis yang dinilainya mengancam keamanan kawasan dan dunia.

(rds/rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER