Trump Tak Senang Cara Sembrono Israel Serang Qatar Incar Hamas
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku tidak senang dengan serangan Israel yang menargetkan para petinggi kelompok Hamas di Qatar pada Selasa (9/9).
Trump mengatakan serangan yang menewaskan sejumlah anggota Hamas itu berpotensi membuat perundingan gencatan senjata Gaza berada di "jalur yang tidak pasti".
"Saya tidak senang dengan keseluruhan situasi ini. Ini bukan situasi yang baik," kata Trump, dikutip CNN pada Rabu (10/9).
"Tapi saya akan mengatakan ini, kami ingin para sandera kembali, tetapi kami tidak senang dengan bagaimana hal itu terjadi. Saya sangat tidak senang dengan setiap aspeknya," imbuh Trump.
Beberapa penasihat Trump juga marah atas keputusan Israel menyerang Doha, banyak yang merasa frustasi karena tidak dapat memberikan pendapat atau memperingatkan Qatar.
Menurut informasi, Trump diberitahu soal serangan Israel ke Qatar hanya beberapa saat sebelumnya. Informasi itu juga bukan diberitahu oleh Israel sendiri, melainkan oleh Ketua Staf Gabungan Jenderal Dan Caine.
Caine segera meminta utusan khusus Gedung Putih Steve Witkoff untuk memberi pengarahan kepada pejabat di AS. Seorang pejabat AS mengatakan meski Witkoff berhasil menghubungi mereka, namun situasi "sudah terlambat".
Pada kesempatan terpisah sebelumnya, Trump telah menegaskan keputusan Israel menyerang Doha dibuat sendiri oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Pengeboman sepihak di dalam wilayah Qatar, sebuah Negara Berdaulat dan Sekutu dekat Amerika Serikat, yang bekerja sangat keras dan dengan berani mengambil risiko bersama kami untuk menengahi Perdamaian, tidak mendahulukan tujuan Israel atau Amerika," tulis Trump di media sosial.
Serangan udara Israel menghantam ibu kota Qatar, Doha, pada hari Selasa (9/9), menargetkan para pejabat senior Hamas yang berkumpul untuk membahas proposal gencatan senjata AS terbaru untuk Gaza.
Beberapa ledakan terdengar di seluruh kota, dengan asap terlihat mengepul di atas distrik Katara. Menurut laporan media, sekitar 12 serangan udara menghantam bangunan tempat tinggal.
Qatar sendiri mengutuk keras apa yang digambarkannya sebagai "serangan pengecut Israel". Qatar juga membenarkan bahwa serangan itu telah menghantam bangunan tempat tinggal yang menampung beberapa anggota biro politik Hamas.
PM Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani, menyebut Netanyahu sebagai seorang "narsis".
"Serangan dan penargetan ini tidak hanya melampaui hukum internasional, tetapi juga standar moral," kata Al Thani, dikutip CNN.
"Kita berbicara tentang negara mediator, yang menyelenggarakan mediasi resmi dan dihadiri oleh delegasi dari negara yang sama yang mengirimkan rudal-rudal ini. Standar moral apa yang dapat diterima untuk hal ini," imbuhnya.
Di sisi lain, dalam pernyataan resmi pertamanya setelah serangan di Doha, Hamas mengatakan serangan Israel itu bertujuan untuk menggagalkan perundingan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Kelompok pejuang Palestina itu mengonfirmasi bahwa para pemimpin tinggi mereka selamat dari upaya pembunuhan brutal yang dilakukan Israel di Doha.
Sementara itu, enam orang tewas dalam serangan Israel di Doha, termasuk putra dari pemimpin Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, dan salah satu ajudannya, serta seorang perwira Qatar.
(dna/dna)