Madrasah Pakistan Disorot, Lulusan Dinilai Tak Siap Masuk Dunia Kerja

CNN Indonesia
Kamis, 20 Nov 2025 08:32 WIB
Lanskap pendidikan Madrasah di Pakistan disorot, munculkan kekhawatiran soal kualitas pendidikan hingga keterbatasan keterampilan lulusan.
Ilustrasi. Foto: AFP/FIDA HUSSAIN
Jakarta, CNN Indonesia --

Lanskap pendidikan Pakistan tersusun dalam tiga jalur paralel: sekolah pemerintah, institusi swasta, dan madrasah Deeni. Di antara ketiganya, madrasah menjadi bagian paling menonjol karena sejarah panjang dan orientasi religius yang kuat.

Namun, sistem ini juga memunculkan kekhawatiran menyangkut kualitas pendidikan, minimnya regulasi, serta keterbatasan keterampilan lulusan untuk memasuki dunia kerja modern.

Kekhawatiran itu kembali mencuat usai Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif melontarkan pernyataan dalam sesi Parlemen yang digelar di tengah meningkatnya ketegangan perbatasan dengan India.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait madrasah atau para santri, tidak diragukan lagi mereka adalah lini pertahanan kedua kita. Para pemuda yang belajar di sana, ketika waktunya tiba, akan digunakan 100 persen sesuai kebutuhan," ucapnya.

Pernyataan Asif menegaskan ketergantungan Pakistan terhadap institusi agama, sekaligus menunjukkan bagaimana madrasah sering dipolitisasi dalam konteks konflik dan keamanan nasional.

Sejak kemerdekaan pada 1947, jumlah madrasah di Pakistan meningkat tajam karena dianggap lebih terjangkau dan lebih mudah diakses dibanding sekolah negeri. Pakistan juga memberikan dukungan moral dan finansial, yang kemudian diperdalam pada masa Jenderal Zia-ul-Haq (1977-1988).

Di era tersebut, pendidikan agama menjadi pilar utama agenda Islamisasi di Pakistan. Jumlah madrasah melonjak dari sekitar 245 saat Pembagian India-Pakistan menjadi 10.000 pada 2002, dan diperkirakan 40.000 pada 2008. Namun, angka sebenarnya sulit dipastikan karena banyak madrasah tidak terdaftar dan beroperasi di luar sistem pengawasan formal.

Minimnya regulasi membuat pendaftaran lembaga, sumber pendanaan, dan kurikulum tidak transparan. Hal ini menyulitkan pemerintah dalam menyusun kebijakan integrasi pendidikan atau reformasi yang komprehensif. Variasi estimasi jumlah madrasah, serta ketertutupan sistemnya, menunjukkan betapa besar jurang informasi antara negara dan lembaga-lembaga tersebut.

Juru bicara militer Pakistan melalui ISPR juga pernah menyoroti persoalan krusial terkait banyaknya madrassa yang tidak terdaftar secara resmi.

"Kami menghadapi kesulitan karena tidak semua lembaga ini memiliki data yang jelas, baik terkait siswa maupun sumber pendanaan," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Ia menambahkan bahwa kurangnya transparansi tersebut "menjadi tantangan bagi upaya negara untuk memastikan pengawasan yang efektif."

Lingkungan Tertutup

Selama puluhan tahun, madrasah berperan sebagai lembaga kesejahteraan informal, menyediakan pendidikan, makanan, dan tempat tinggal gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin.

Meski tampak sebagai kegiatan filantropi, pola ini memperkuat kesenjangan kelas. Anak-anak dari kelompok paling rentan cenderung masuk ke madrassa yang kurikulumnya tidak terkait dengan ekonomi modern.

Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran pendidikan yang tidak menyediakan mobilitas sosial, karena lulusannya jarang memiliki keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja selain profesi keagamaan.

Sebagian besar madrasah mengikuti kurikulum tradisional yang tidak digunakan di wilayah Islam lain. Kurikulum ini sangat bertumpu pada hafalan dan studi teks-teks agama, umumnya diajarkan dalam bahasa Urdu, serta menolak pembaruan. Isolasi akademik semacam ini membuat lulusan tidak memiliki literasi modern maupun literasi digital yang dibutuhkan dalam dunia kerja masa kini.

Upaya reformasi yang diinisiasi negara sering kali gagal karena penolakan dari otoritas keagamaan, yang menganggap mata pelajaran modern sebagai sesuatu yang materialistis dan tidak sesuai dengan tujuan spiritual pendidikan Islam.

Lanjut ke sebelah...

Dominasi Madrasah di Pakistan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER