KTT Iklim COP30 Brasil Berujung Buntu Usai UE Tolak Draf Kesepakatan

CNN Indonesia
Minggu, 23 Nov 2025 00:53 WIB
Hasil KTT iklim COP30 Brasil masih menemui jalan buntu usai Uni Eropa menolak draf kesepakatan yang dinilai belum bisa menekan emisi gas rumah kaca.
Ilustrasi. Hasil KTT iklim COP30 Brasil masih menemui jalan buntu usai Uni Eropa menolak draf kesepakatan yang dinilai belum bisa menekan emisi gas rumah kaca. (REUTERS/Adriano Machado)
Jakarta, CNN Indonesia --

Hasil KTT iklim COP30 Brasil masih menemui jalan buntu usai Uni Eropa menolak menerima draf kesepakatan. Pasalnya, kesepakatan dinilai belum bisa menekan emisi gas rumah kaca yang memicu perubahan iklim.

Konferensi dua pekan yang diadakan di Belem, Amazon, semula dijadwalkan berakhir Jumat (21/11) malam waktu setempat. Tapi, jadwal itu meleset karena negosiasi berlanjut hingga larut malam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Brasil telah menjadikan KTT ini sebagai momen penentu terhadap kerja sama iklim global. KTT mendesak negara-negara untuk menjembatani kesenjangan dalam berbagai isu, termasuk masa depan bahan bakar fosil.

"Ini bukan agenda yang memecah belah kita," ujar Presiden COP30 André Corrêa do Lago, kepada para delegasi dalam sesi pleno.

"Kita harus mencapai kesepakatan di antara kita," imbuhnya.

Beberapa negara berkembang membalas posisi Uni Eropa, agar mereka berkomitmen mendanai negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim.

"Kita tidak bisa hanya bekerja dengan satu jalur. Jika ada jalur untuk bahan bakar fosil, harus ada jalur untuk pendanaan iklim juga," kata seorang negosiator dari negara berkembang, yang tidak disebutkan namanya.

Beda sikap soal bahan bakar fosil, pengurangan emisi CO2, dan pendanaan menyoroti sulitnya mencapai konsensus pada konferensi tahunan itu.

Sebuah draf teks kesepakatan, seperti dikutip dari Reuters Sabtu (22/11), yang dirilis Brasil pada Jumat pagi, tidak memuat referensi apa pun tentang bahan bakar fosil, sehingga menghilangkan berbagai opsi yang telah dimasukkan dalam versi sebelumnya.

Puluhan negara, termasuk negara-negara penghasil minyak dan gas utama, telah menentang opsi-opsi tersebut.

Pada KTT sebelumnya, sekitar 80 negara telah menuntut COP30 menyampaikan rencana peralihan dari bahan bakar fosil. Namun, hingga Jumat malam, banyak negara memberi sinyal mereka menerima kesepakatan tanpa bahan bakar fosil.

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca yang sejauh ini merupakan penyumbang terbesar pemanasan global.

Bersatu atas bahan bakar fosil

Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara menilai, teks tersebut terlalu lemah.

"Dalam kondisi apa pun kami tidak akan menerima ini," ujar Komisioner Uni Eropa untuk Iklim, Wopke Hoekstra, dalam sebuah pernyataan pada Jumat.

Uni Eropa mengindikasikan bahwa mereka dapat melampaui zona nyaman untuk mendanai negara-negara berkembang. Namun, hal itu akan dilakukan hanya jika bagian-bagian teks bisa mengurangi emisi pemanasan global.

Pada Jumat malam, beberapa negosiator negara Eropa sedang mempertimbangkan opsi untuk meninggalkan perundingan, alih-alih menerima kesepakatan.

Seorang negosiator Brasil mengatakan kepada Reuters bahwa bahasa bahan bakar fosil kemungkinan besar tidak akan diperkenalkan kembali, dan bahwa presidensi KTT hanya mendesak penyesuaian kecil pada draf yang ada.

Tiga sumber mengatakan, blok negosiasi Arab Group, yang beranggotakan 22 negara, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, industri energinya tidak termasuk dalam pembahasan.

Arab Saudi menyampaikan pernyataan dari Arab Group kepada para negosiator, memperingatkan bahwa industrinya akan menggagalkan negosiasi. Arab Saudi tidak menanggapi permintaan komentar yang ditujukan kepada kantor komunikasi pemerintah Saudi.

Multilateralisme di bawah tekanan

Aktivis yang tergabung dalam Jeda Untuk Iklim melakukan aksi teatrikal saat unjuk rasa terkait perlindungan iklim yang berkelanjutan di depan Balikota DKI Jakarta dan kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat, 27 November 2020. Dalam aksinya mereka meminta agar pemerintah dan para pemimpin industri untuk bertanggung jawab dan bersama-sama melakukan tindakan nyata dalam penyelamatan iklim salah satunya dengan meminta agar berhenti mendanai industri bahan bakar fosil yang mematikan.Draf kesepakatan dalam KTT iklim COP30 dinilai belum bisa menekan emisi gas rumah kaca pemicu perubahan iklim. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Rancangan kesepakatan tersebut juga menyerukan upaya global untuk melipatgandakan pendanaan guna membantu negara-negara beradaptasi terhadap perubahan iklim pada 2030.

Hanya saja, rancangan tersebut tidak merinci apakah dana ini akan disediakan langsung oleh negara-negara kaya atau sumber lain, termasuk bank pembangunan atau sektor swasta.

Naskah kesepakatan tersebut membutuhkan persetujuan konsensus di antara hampir 200 negara yang hadir agar dapat diadopsi.

Corrêa do Lago mengatakan bahwa unjuk rasa persatuan multilateral merupakan sinyal penting yang perlu disampaikan mengingat ketidakhadiran AS tahun ini. Presiden Donald Trump telah menyebut pemanasan global sebagai hoaks.

"Dunia sedang menyaksikan," kata dia.

(thr/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER