Jakarta, CNN Indonesia --
Israel setuju untuk melakukan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Hamas melalui mediasi Amerika Serikat, sejak 10 Oktober lalu.
Namun, Israel masih melepaskan tembakan maupun serangan udara hingga menewaskan ratusan orang di Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, sebanyak 300 orang tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak gencatan senjata berlaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Israel melanggar gencatan senjata hampir 500 kali dalam 44 hari terakhir, menewaskan ratusan warga Palestina melalui serangan udara, artileri, dan penembakan langsung.
Berikut sejumlah pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap gencatan senjata di Gaza:
Tembakan langsung dan penangkapan ke warga sipil oleh Israel
Menurut Media Gaza pada 18 Oktober, Israel melakukan 47 pelanggaran yang menewaskan sedikitnya 38 orang dan sebanyak 143 lainnya luka-luka.
Pelanggaran itu meliputi penembakan artileri, penargetan sengaja, dan tembakan langsung ke warga sipil. Serangan ini dilakukan menggunakan kendaraan militer tank, derek elektronik sensor dan sistem penargetan jarak jauh, dan drone quadcopter, seperti dikutip Anadolu Agency.
Pasukan Israel berada di dalam garis kuning
Israel dan Hamas sepakat garis kuning menjadi batas tidak resmi untuk reposisi pasukan Israel. Namun, militer Israel memajukan posisi pasukannya ke dalam wilayah Gaza, sehingga beberapa keluarga Palestina kini 'terkepung'.
Pasukan Israel sering menembaki warga Palestina yang mendekati area itu. Tank Israel menembak kendaran sipil keluarga Abu Shaaban dan menewaskan 11 orang, seperti dikutip Al Jazeera.
Serangan udara Israel pada 19 Oktober 2025
Serangan udara di sejumlah titik Gaza terjadi setelah insiden atau bentrokan awal di garis kuning, dimana seorang pejuang Hamas menyerang militer Israel yang berada di dalam garis kuning.
Namun Hamas belum memberikan komentar terkait laporan mengenai pejuangnya yang tewas.
Israel menanggapi dengan serangan awal udara dan artileri di beberapa titik Gaza, menewaskan sedikitnya 15 warga Palestina tewas, termasuk anak-anak dan perempuan.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Membatasi bantuan kemanusiaan dan pasokan medis
Pada pertengahan Oktober, Israel menahan bantuan kemanusiaan dan pasokan media ke Gaza di tengah gencatan senjata fase pertama, meski kewajiban itu tercantum dalam perjanjian gencatan senjata.
Selama ini bantuan kemanusian yang masuk berupa makanan, susu formula untuk bayi hingga alat kesehatan.
Menurut laporan kantor media Turki Anadolu Agency, hanya 3.203 truk yang masuk ke Gaza dari 13.200 truk berdasarkan kesepakatan.
Serangan Israel pada 29 Oktober 2025
Pada akhir Oktober, Israel kembali melakukan serangan udara dan infiltrasi darat di wilayah Rafah, Beit Hanoun, dan Khan Younis.
Israel membunuh 109 orang, termasuk 52 anak-anak, setelah baku tembak di Rafah yang menewaskan seorang tentara Israel, seperti dikutip Al Jazeera.
Serangan udara Israel pada 19 November 2025
Militer Israel, pekan ini melancarkan serangan sebagai respon terhadap insiden yang mereka klaim melibatkan penembakan terhadap pasukan mereka di Khan Younis.
Hamas menolak klaim Israel dan menyebut serangan terbaru sebagai "eskalasi berbahaya" yang menewaskan sedikitnya 33 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Serangan lanjutan pada 22 November 2025
Pada Sabtu (22/11) Israel melakukan serangan besar-besar ke beberapa titik di Gaza. Di lingkungan Rimal, kota Gaza, mereka menyerang sebuah kendaraan, menewaskan 11 orang dan sedikitnya 20 warga Palestina luka-luka.
Serangan berlanjut menargetkan sebuah rumah di dekat Rumah Sakit Al-Awda di Gaza tengah menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai 11 orang.
Serangan juga terjadi di kamp Nuseirat di Gaza tengah yang menewaskan sedikitnya tujuh orang termasuk seorang anak, dan sedikitnya 16 luka-luka.
Serangan lainnya, menargetkan sebuah rumah di Deir al-Balah di Gaza tengah yang menewaskan tiga orang, termasuk seorang wanita, seperti dikutip AP News.