Awas Kebohongan dapat Berkembang Biak

Pernita Hestin | CNN Indonesia
Kamis, 17 Nov 2016 12:58 WIB
Sebuah studi di Inggris menunjukan, jika kamu berbohong sekali, maka kamu akan berbohong lagi dan lagi.
Foto: Pixabay/Foundry
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah tidak kalian berpikir untuk berbohong kepada guru ataupun orangtua? Apa jangan-jangan sudah pernah kalian lakukan?

Sebuah studi di Inggris menunjukan, jika kamu tidak jujur sekali, maka kamu akan cenderung berbohong lagi dan lagi. Terkadang kamu berbohong untuk menutupi kebohongan-kebohongan lain.

Alasannya, otak tumbuh kurang sensitif terhadap perilaku tidak jujur dari waktu ke waktu, kata para peneliti. Studi itu melibatkan 80 orang dewasa berusia 18 sampai 65 tahun.

Peneliti meminta orang pertama menyebutkan jumlah uang dalam botol kaca pada pasangannya. Peneliti menjanjikan imbalan jika mereka melebih-lebihkan jumlah uang itu. Ternyata ketidakjujuran meningkat saat itu.

“Studi ini adalah bukti empiris pertama bahwa perilaku tidak jujur ​​meningkat,” kata Neil Garrett, penulis utama studi dan peneliti psikologi eksperimental di University College London.

Peneliti juga melakukan studi menggunakan MRI pada 25 peserta. Ternyata, amigdala, bagian otak yang terhubung dengan emosi, menunjukkan penurunan signifikan aktivitasnya saat menanggapi ketidakjujuran diri sendiri.

Bahkan, para peneliti menemukan bahwa setelah penurunan aktivitas Amigdala pada percobaan pertama, bisa diprediksi setinggi apa ketidakjujuran peserta pada percobaan berikutnya. Semakin besar penurunan aktivitas amigdala pada percobaan pertama, maka makin besar kebohongan pada percobaan berikutnya.

Di amigdala sebetulnya ada sinyal keengganan untuk tidak berbohong lagi, sebab dianggap salah atau tidak bermoral. Tapi semakin orang berbohong, semakin memudar sinyal itu.

Orang dalam studi itu akan sangat berbohong ketika kebohongan itu memberi manfaat bagi diri dan pasangannya. “Ini mungkin karena lebih mudah untuk merasionalisasi kebohongan ini,” kata Tali Sharot, penulis studi sekaligus profesor ilmu saraf kognitif di University College London. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER