Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki hari ke-18 kampanye Pilkada DKI Jakarta, calon gubernur Anies Baswedan dan pasangannya Sandiaga Uno terhitung sudah menyambangi lebih dari 82 titik di seluruh Jakarta. Dalam sehari, baik Anies maupun Sandi bisa melahap lima sampai enam titik wilayah blusukan.
Dengan agenda padat itu, Anies sempat 'tumbang'. Pada Jumat pekan lalu (11/11) ia tak melanjutkan agenda blusukan ke wilayah Jakarta Pusat karena merasa kondisinya tidak cukup fit. Suaranya juga terdengar serak.
Anies menjelaskan, ia memiliki cara tersendiri untuk menjaga kondisi fisik menghadapi agenda padat tersebut. Salah satunya rutin mengonsumsi minuman tradisional khas Jakarta, bir pletok.
"Saya sampai menaruh satu kotak bir pletok di mobil. Enak, segar, ada jahenya. Ada rempah-rempah lainnya. Segar pokoknya kalau habis minum bir pletok. Tapi ini bir yang halal," ujar Anies.
Selain sebagai minuman, bir pletok bagi masyarakat Betawi juga menjadi simbol keteguhan memegang nilai-nilai Islam.
Sejarawan JJ Rizal ketika diwawancara CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa bir pletok merupakan budaya tandingan dari masyarakat Betawi terhadap budaya minum beralkohol yang kerap dikonsumsi para penjajah Belanda kala itu.
Masyarakat Betawi membuat minuman berwarna merah kecoklatan serupa bir atau
wine. Bedanya, minuman bikin masyarakat Betawi itu tidak memiliki kandungan alkohol.
Mereka menyebutnya bir pletok. Kata bir digunakan karena warna minuman yang serupa bir atau wine. Sedangkan nama ‘pletok’, diambil dari suara yang keluar saat penutup
wine biasanya dibuka.
Sampai sekarang, bir pletok pun menjadi minuman khas Betawi yang biasanya disuguhkan saat pesta-pesta seperti khitanan atau pernikahan. Anies mengatakan memiliki langganan untuk mensuplai bir pletok tersebut. Bir pletok itu diantar dari wilayah Kalimalang, Jakarta Timur.
Bir pletok sedikit banyak memang membantu Anies menjaga kondisi tubuhnya di tengah agenda padat kampanye Pilkada DKI Jakarta.
Pertemuan dengan warga juga disebut Anies mampu menghilangkan rasa lelahnya.
Anies tak memungkiri dalam pertemuan itu dirinya kerap harus menjawab berbagai pertanyaan. Mulai dari persoalan Kartu Jakarta Pintar, harga bahan pokok yang mahal, persoalan banjir, kemacetan, hingga penggusuran.
Namun, Anies menilai hal itu merupakan bentuk antusiasme warga dalam menginginkan perubahan di Jakarta. Terlebih jika pertemuan itu terasa menyenangkan.
"Capek atau tidak itu perasaan. Kalau perasaan kita senang, pasti tidak akan capek," kata Anies.
Hal itulah yang tergambar kemarin sore (14/11), saat Anies blusukan di wilayah Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Saat itu, di tengah jadwal padat dan kerumunan warga, muka Anies tampak sumringah.
Tak nampak raut kelelahan di wajah Anies. Ia justru gembira melihat antusiasme warga yang berbondong-bondong mengikutinya keliling hingga hadir dalam sesi dialog.
"Bapak-bapak, ibu-ibu jadi mau gubernurnya tetap atau ganti? Kalau mau ganti, ganti nomor berapa?" tanya Anies kepada warga.
Warga pun menyambut dengan kompak. "Ganti nomor tiga."
Pertanyaan itu mengakhiri sesi dialog Anies hari itu. Namun, tidak mengakhiri energi Anies yang terlihat masih segar. Anies bahkan masih sempat mengajak warga untuk berswafoto bersama sebelum beranjak pergi.
(wis/yul)