Jakarta, CNN Indonesia -- Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mungkin saja bagai anak kemarin sore dalam dunia politik. Agus menimba ilmu di dunia militer selama 16 tahun sedangkan Sylvi mengabdi pada Pemerintah Daerah DKI Jakarta selama 31 tahun.
Sejak diusung dalam ajang Pilkada DKI oleh Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), mereka kerap melakukan berbagai manuver politik. Mulai dari blusukan, sosialisasi program dan pidato dengan tujuan semakin dikenal dan menarik simpati.
Di balik hal itu, ada tim khusus yang bekerja membantu mengangkat pesona pasangan calon nomor urut satu ini. Salah satunya, tim bekerja dengan serius saat Agus-Sylvi menggelar hajatan politik di Balai Kartini, Jakarta Selatan, pada Minggu (27/11).
Keduanya memberikan pidato politik ketiga, dengan tema pembangunan ekonomi, investasi dan perumahan rakyat. Acara ini adalah kelanjutan dari pidato politik sebelumnya yang membahas sepuluh program unggulan dan bantuan dana untuk masyarakat.
Pada saat memberikan pidato politik di Balai Sarbini, Sylviana tampil terlebih dahulu, menyampaikan informasi pembuka yang dilanjutkan dengan pemaparan rinci oleh Agus.
Agus memilih berdiri di belakang mimbar yang berada di tengah panggung. Dia menyampaikan programnya dengan lancar. Tampak hafal semua deret kalimat yang hendak disampaikan, tanpa cela sekali pun. Padahal, Agus tak memegang naskah pidato seperti kebanyakan orang.
Gaya pidato yang lancar dan tanpa cela selalu ditunjukkan Agus ketika menemui massa, di antaranya saat berpidato di Gedung Olahraga Yos Sudarso, Jakarta Utara, dua minggu lalu.
Pengunjung, bisa jadi, terkejut karena Agus tampak tak membawa naskah saat berpidato.
Namun, bila pengunjung jeli, sesungguhnya pidato Agus menggunakan teknologi teleprompter atau alat bantu baca khusus sehingga terlihat berbicara lisan tanpa menggunakan teks. Teknologi ini biasa digunakan oleh para penyiar televisi.
Berdasarkan pantuan CNNINdonesia.com, naskah pada telepromter dipantulkan pada kaca dengan arah miring yang setara dengan tinggi Agus. Naskah tidak terlihat dari arah pengunjung, tapi terlihat dari arah Agus.
Naskah tertulis dengan baik. Gaya tulisannya menggunakan bahasa percakapan, yang membuat pidato Agus tak tampak kaku dan alamiah. Bila tak ada yang melihat alat teleprompter, pengunjung akan mengira Agus berpidato dengan sangat baik, lewat bahasa yang sistematis, tertata rapi namun santai.
Sarmunah Sarbini, 51, adalah salah satu pengunjung yang melihat teleprompter bekerja saat Agus berpidato.
"Baru pertama kali saya datang menghadiri pidato politik Agus-Sylvi. Awalnya enggak tahu kalau Agus pakai teleprompter, ternyata kelihatan ada teks yang jalan," kata Sarmunah di Balai sarbini.
Agus yang berpidato sekitar 45 menit sampai satu jam, terlihat yakin, tegas dan penuh percaya diri. Ciri khas pidatonya adalah mengulangi beberapa kalimat yang dianggapnya penting, contohnya saat dia menjelaskan program ekonomi.
"Karenanya dengan perlakuan yang adil, harapan saya semua dapat kesempatan, dan semua berkembang. Saya ulangi, semua dapat kesempatan, dan semua bisa berkembang," kata dia.
Selama berpidato, meski Agus berupaya menunjukkan gayanya yang santai, namun terkesan tak dapat menghilangkan gaya militer. Gaya itu terlihat, saat Agus menyanyikan yel-yel yang meniru irama lagu
We Will Rock You dari band rock legendaris, Queen.
"Agus...Sylvi Menang," teriak para simpatisan.
Agus menepukkan tangan pada paha dan bahu secara bergantian untuk menyesuaikan irama. Walaupun ramai, salah satu pengunjung yang bernama Jon, menilai gerakan Agus tampak kaku karena bergaya militer. Menurutnya, ini macam tentara yang sedang berjoget saat merayakan sebuah penghelatan.
"Gerakan itu militer banget. Mereka kan suka ada gerakan-gerakan semacam itu apabila sedang merayakan sebuah kegiatan," kata Jon.
Tetapi, panggung kemarin mungkin saja milik Agus.
Tanpa memedulikan soal teleprompter, Agus dan istrinya, Annisa Pohan, keduanya terus dikerumuni para simpatisan maupun relawan yang ingin sekadar berfoto dan menjabat tangan 'putra mahkota' SBY itu.
(yul)