Jakarta, CNN Indonesia -- Suara Basuki Tjahaja Purnama terdengar bergetar saat membacakan nota pembelaannya dalam sidang perdana kasus dugaan penistaan agama yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa (13/12). Air mata meleleh di pipi sosok berkacamata itu.
“Saya sangat sedih, saya dituduh menista agama Islam, karena tuduhan itu sama saja dengan mengatakan saya menista orang tua angkat dan saudara-saudara angkat saya sendiri, yang sangat saya sayangi, dan juga sangat sayang kepada saya,” tutur Ahok, sapaan Basuki, di hadapan para hakim dan jutaan orang yang menyaksikan lewat siaran televisi.
Ahok yang biasa terlihat 'garang', dalam sidang kemarin menunjukkan sisi melankolisnya. Bagian dari dirinya, yang sangat jarang terlihat.
Video Ahok saat memberikan pernyataan ini pun viral di media sosial. Lewat akun Facebook milik Ahok, video selama 24 menit itu telah diputar 1,6 juta orang, kurang dalam waktu 24 jam.
Selain video, tersebar juga foto di media sosial, menggambarkan Ahok yang dipeluk kakak angkat perempuannya yang berkerudung. Dalam foto itu, Ahok tampak lemas dan sedih.
Sebagian netizen bereaksi positif atas foto itu. "Ahok bersama kakak angkatnya. Pelukan penuh haru," bunyi cuitan pemilik akun @TsamaraDKI, yang kemudian di-retweet sekitar 890 akun.
Sidang perdana kemarin, boleh dibilang memberikan panggung kampanye yang positif bagi Ahok. Dalam situasi masa kampanye, para kandidat bisa memanfaatkan bentuk panggung apapun, termasuk dalam sidang pengadilan. Apalagi, selama ini elektabilitas Ahok turun karena kasus dugaan penistaan agama.
Elektabilitas Ahok yang terus merosotDari hasil tiga survei terakhir dari lembaga Indikator Politik Indonesia, Poltracking Indonesia dan Charta Politika, Ahok yang berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat selalu berada di peringkat kedua di bawah pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia, misalnya, elektabilitas Ahok yang sebelumnya selalu di peringkat teratas, berhasil disalip oleh pasangan Agus-Sylvi yang meraih elektabilitas sebesar 30,4 persen. Ahok-Djarot menduduki peringkat dua dengan perolehan 26 persen.
Sementara pada survei Charta Politika, Agus-Sylvi mendapat 29,5 persen, Ahok-Djarot 28,9 persen dan Anies-Sandi 26,7 persen.
Dua survei itu dilaksanakan dalam rentang waktu Oktober hingga November, atau sebelum aksi 4 November. Hanya satu dari survei Charta Politika yang dilakukan usai aksi bela Islam 4 November. Survei itu didapat dari 733 responden dengan tingkat
margin of error 3,5 persen.
Dalam survei pasca aksi 4 November itu, Charta Politika memasukan pertanyaan terkait alasan tidak memilih Ahok. Hasilnya, sebanyak 17 persen tidak memilih karena bicara Ahok yang kasar, 15 persen karena perbedaan agama dan hanya 6 persen karena kasus dugaan penistaan agama.
Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya menjelaskan, angka tersebut berkorelasi dengan kasus penistaan agama yang menjerat Ahok. "Jadi sebetulnya dampak penetapan Ahok sebagai tersangka, jika dilihat tiga faktor tersebut, jika digabung itu tidak kecil," kata Yunarto (29/11).
Elektabilitas Ahok masih akan terus berubah selama menjalani masa persidangan. Bahkan bisa semakin merosot jika pasangan pesaingnya, Agus-Sylvi dan Anies-Sandiaga bisa memaksimalkan strategi kampanye mereka selama masa persidangan Ahok.
Tetapi perkiraan itu tak berlaku mutlak. Bagi sebagian kalangan, masa persidangan Ahok justru bisa menjadi 'panggung kampanye' gratis bagi sang petahana.
Putusan Pengadilan Pengamat politik Karyono Wibowo menyatakan elektabilitas dan persepsi publik bisa beranjak positif terhadap Ahok jika selama masa persidangan mantan Bupati Belitung Timur itu mampu menjelaskan duduk persoalan sebenarnya.
Hal itu telah berhasil dilakukan Ahok dalam sidang perdana yang digelar kemarin.
[Gambas:Video CNN]Menurut Karyono, sidang perdana Ahok yang digelar kemarin sedikit banyak berhasil mengungkap informasi lain yang sebelumnya tak diketahui publik. Terutama terkait dengan kasus penistaan agama dan hubungan Ahok dengan warga muslim.
"Persidangan perdana tadi bisa mengubah persepsi setidaknya mengurangi sentimen negatif terhadap Ahok," ujar Karyono melalui pesan singkatnya, Selasa (13/12).
Namun, Karyono menyebut elektabilitas Ahok pada akhirnya akan sangat ditentukan oleh putusan final dari majelis hakim. Jika putusan pengadilan membebaskan Ahok dari segala dakwaan, maka hal itu bisa mendongkrak kembali elektabilitas Ahok
Akan tetapi, jika pengadilan memutuskan sebaliknya, Karyono memprediksi elektabilitas Ahok akan semakin merosot. "Sebab putusan pengadilan tersebut melegalkan dan melegitimasi tuduhan penistaan agama yang dilakukan Ahok," kata Karyono.
(wis/yul)