Jakarta, CNN Indonesia -- Penampilan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di panggung debat terbuka Pilkada 2017 dianggap tak berdampak signifikan terhadap elektabilitas mereka. Pendapat itu disampaikan peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Ja, Adrian Sopa, Selasa (24/1).
Anggapan debat tak berpengaruh besar terhadap elektabilitas cagub dan cawagub disampaikan berdasarkan hasil kajian dan survei yang dilakukan LSI Denny JA. Menurut Adrian, debat terbuka tak banyak berpengaruh terhadap preferensi pemilih, terutama bagi pemilih yang telah menentukan pilihan.
"Tetapi debat sebagai sebuah sarana pencerdasan masyarakat dan sarana meminimalisir konflik, harus kita lakukan. Kemudian kita juga ingin melihat pengaruhnya terhadap masyarakat," ujar Adrian di Kantor LSI Denny JA.
Selain melakukan survei untuk mengukur kualitas debat terbuka, LSI Denny JA juga disebut telah melakukan riset kualitatif. Adrian berkata, riset untuk menilai pengaruh debat terbuka dalam Pilkada dilakukan dalam bentuk media analisis, interview, dan pelaksanaan
focus group discussion.
Dalam survei yang dilakukan LSI Denny JA pada 5-11 Januari, tercatat ada 9 persen responden yang belum menentukan cagub dan cawagub pilihannya dalam Pilkada.
Dari jumlah itu, Adrian menyebut debat hanya mampu mempengaruhi suara dari 3 persen responden. Angka tersebut, ujarnya, didapat berdasarkan hasil survei dan riset dari penelitian di Amerika Serikat ihwal debat terbuka.
"Itupun ketika memang kandidat dianggap menang mutlak oleh si pemilih. Tapi dengan format sekarang kan kita melihat agak jarang si kandidat menang mutlak, karena formatnya sudah ditentukan kemudian temanya ditentukan," tutur Adrian.
Debat terbuka Pilkada DKI telah dilakukan pada 13 Januari lalu. Pada Jumat (27/1) mendatang, debat terbuka sesi kedua akan kembali digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan. Setelah itu, debat terbuka terakhir diselenggarakan pada 10 Februari.
(wis/obs)