ANALISIS

Debat Jilid III: Pertaruhan Terakhir Calon Pemimpin Jakarta

Wishnugroho Akbar | CNN Indonesia
Jumat, 10 Feb 2017 07:24 WIB
Tanpa pemaparan gagasan yang rasional, terukur, dan realistis, debat pamungkas nanti bisa berubah menjadi 'kuburan' yang akan menimbun ambisi para Paslon.
Debat Pilkada DKI 2017. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta kembali menggelar debat antarcalon gubernur dan wakil gubernur nanti malam. Debat jilid III ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi tiga pasangan calon untuk memengaruhi pilihan warga Jakarta saat hari pemungutan suara pada 15 Februari mendatang.

Acara debat menjadi vital lantaran mayoritas warga ibu kota merupakan para pemilih rasional yang memilih berdasarkan paparan program dan kualitas dari setiap pasangan calon.

Kualitas dan paparan program itu hanya bisa diketahui secara komprehensif melalui debat terbuka, bukan lewat pemberitaan media atau janji yang disampaikan saat tiga pasangan calon blusukan ke permukiman warga.  
Besarnya pengaruh debat terhadap preferensi politik warga Jakarta tercermin antara lain dari hasil survei Poltracking yang dilakukan pada 24 hingga 29 Januari atau setelah debat jilid I, 13 Januari lalu.

Dalam surveinya, Poltracking menyebut bahwa 81,88 persen responden menilai debat antarpasangan merupakan hal penting untuk mengetahui kapasitas kandidat yang bertarung di Pilkada.

"Sebanyak 59,88 persen responden juga menyatakan kualitas performa dalam debat publik berpengaruh terhadap pilihan mereka," kata Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yudha.
Debat Jilid III: Pertaruhan Terakhir Calon Pemimpin JakartaAgus Harimurti Yudhoyono. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Survei Poltracking menyimpulkan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga tampil lebih baik dibandingkan pasangan Agus-Sylvi dalam debat jilid I. Simpulan dari survei itu berkorelasi dengan elektabilitas mereka.

Usai debat jilid I, elektabilitas Anies-Sandiaga berdasarkan survei Poltracking berada di posisi teratas dengan angka 31,5 persen, disusul Ahok-Djarot 30,13 persen dan Agus-Sylvi 25,75 persen. Sementara yang belum menentukan pilihan sekitar 12,62 persen.

Survei itu sangat bertolak belakang dengan survei Poltracking sebelum debat yang menempatkan Agus-Sylvi di posisi teratas dengan elektabilitas 30,25 persen, disusul Ahok-Djarot dengan 28,88 persen dan Anies-Sandi 28,63 persen.

Dari sejumlah hasil survei, elektabilitas Agus-Sylvi usai debat jilid I dan II memang cenderung menurun. Tren ini berkebalikan dengan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi yang elektabilitasnya justru merangkak naik.
Penurunan elektabilitas Agus-Sylvi, menurut pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar, merupakan hal yang masuk akal jika melihat performa debat tiga pasangan calon.

Idil menilai dalam dua kali debat, Agus-Sylvi tak mengalami peningkatan kualitas di atas panggung. Performanya disebut stagnan. Sebaliknya, performa pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi terus membaik dari debat jilid I ke debat jilid II.

"Agus sebenarnya stabil. Sayangnya, hal itu tak didukung oleh performa debat Sylviana yang pada debat kedua lebih banyak diam," kata Idil kepada CNNIndonesia.com.

Pernyataan Idil tersebut sekaligus mengomentari hasil survei Harian Kompas yang dirilis kemarin.

Dalam surveinya, Kompas menyimpulkan elektabilitas Agus-Sylvi melorot dari 37,1 persen pada Desember 2016 menjadi 28, 2 persen pada Februari 2017. Sedangkan elektabilitas Ahok-Djarot melesat dari 33,0 persen menjadi 36,2 persen, dan Anies meningkat drastis dari 19,5 persen menjadi 28,5 persen dalam periode yang sama.
Debat Jilid III: Pertaruhan Terakhir Calon Pemimpin JakartaBasuki Tjahaja Purnama. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Pertaruhan Terakhir

Agus-Sylvi masih bisa menyelamatkan elektabilitasnya jika berhasil tampil memikat dalam debat pamungkas nanti malam. Idil mengatakan Agus membutuhkan bantuan dari Sylvi yang tampil di bawah performa dalam debat jilid I dan II.

"Sylvi harus lebih siap. Mungkin Sylvi membutuhkan semacam guidance agar bisa bicara lebih baik dan tertata di panggung debat nanti," tutur Idil.

Persoalan menjadi pelik bagi Agus-Sylvi lantaran debat nanti malam menjadi debat terakhir yang menutup rangkaian masa kampanye Pilkada DKI Jakarta. Setelah debat, tiga pasangan calon tak lagi diperkenankan berkampanye sampai hari pemilihan, Rabu 15 Februari 2017.
"Itu artinya tak hanya Agus-Sylvi yang akan tampil habis-habisan. Tapi juga dua pasangan calon lain. Mereka semua akan mengerahkan kemampuan terbaiknya nanti malam," kata Idil.

Debat pamungkas nanti malam akan mengusung tema soal  kependudukan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Jakarta, dengan subtema pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, anti-penyalahgunaan narkoba dan kebijakan terkait disabilitas.
Debat Jilid III: Pertaruhan Terakhir Calon Pemimpin JakartaAnies Baswedan. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Seperti dua debat sebelumnya, Idil menilai Ahok-Djarot lebih siap dibandingkan dua pasangan calon lain lantaran statusnya sebagai petahana. Namun Idil mengaku tak bisa memprediksi siapa pasangan calon yang elektabilitasnya bakal melonjak usai debat jilid III.

Segala kemungkinan masih terbuka untuk tiga pasangan calon, bergantung performa mereka dalam debat pamungkas nanti. Idil menjelaskan, performa pasangan calon sangat dipengaruhi oleh kematangan persiapan mereka.
Kematangan persiapan itu bisa dilihat dari kemampuan pasangan calon memaparkan program-program dan gagasannya secara rasional, terukur, dan realistis.

Untuk bisa memenuhi syarat itu, kata Idil, tiga pasangan calon harus membekali diri dengan data dan wajib memahami persoalan yang akan diangkat dalam debat. Tanpa itu, debat pamungkas nanti bisa berubah menjadi kuburan yang akan menimbun ambisi mereka menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. (gil)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER