Jakarta, CNN Indonesia -- Lima hari sudah kampanye di putaran kedua Pilkada DKI 2017 berlangsung. Sejak hari pertama, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno turun ke lapangan untuk meraup suara.
Konsolidasi internal dilakukan, strategi kampanye menjadi bahasan paling penting.
Strategi kampanya pasangan calon nomor urut tiga ini terasa tak berbeda dibanding kampanye putaran pertama. Mereka tetap mensosialisasikan tiga program prioritas pada warga Jakarta: program One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK OCE), hunian terjangkau tanpa uang muka, dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus.
"Program prioritas menggambarkan kebutuhan prioritas. Jadi bukan selera kami, tapi kebutuhan dari warga kemudian kami rumuskan solusinya. Seperti rumah tanpa uang muka, itu salah satunya," kata Anies, Senin (6/3).
Tiga program itu sebenarnya sudah disosialisasikan pada kampanye putaran pertama.
Warga Jakarta yang sudah mengetahui program tersebut bisa saja merasa bosan, mereka butuh penjelasan program lain. Apalagi Anies-Sandi memiliki 23 janji kerja yang akan mereka bila terpilih.
Pengamat sosiologi politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai, penjelasan program yang sama secara terus menerus bisa menjadi bumerang bagi pasangan calon. Karena warga Jakarta cerdas dan kritis pada janji politik sehingga bisa menentukan mana pasangan calon yang layak memimpin.
"Meski punya program unggulan, program lain juga perlu disamapaikan sebagai bentuk komitmen. Supaya tidak ada alasan, bila jadi terpilih, kalau dia cuma janji tiga nanti jadi celah untuk beralasan,” kata Ubedilah kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (11/3).
Rasa bosan sangat mungkin timbul pada warga ketika mendengar program yang sama. Bila ingin menyampaikan program yang sama, setidaknya ada perbedaan seperti membedah program tersebut saat turun ke lapangan.
Ubedilah mengatakan, kreatifitas pasangan calon sangat dituntut dalam kampanye di putaran kedua. Bila tidak diiringi dengan kreatifitas, program yang disampaikan akan menjadi janji politik yang membosankan.
"Kalau kemudian janji politik membosankan, bisa membuat publik tidak yakin dan pindah pilihan. Kampanye yang gagal di putaran kedua bisa mengurangi jumlah suara," kata Ubedilah.
Ubedilah melanjutkan, "Ini sepertinya tim Anies-Sandi fokus pada tiga program prioritas agar sesuai dengan nomor urut tiga. Secara tidak lansgung mengingatkan warga tentang angka tiga itu. Itu strategi kampanye."
Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris menyampaikan pendapat senada. Anies-Sandi harus bisa menjelaskan secara rinci program yang mereka anggap prioritas.
Terutama pada program yang kontroversi seperti program DP nol persen yang sempat dikritk Gubernur Bank Indonesia Agus Martowadojo dan program KJP Plus dengan kegunaan bisa diuangkan, yang dinilai berpotensi terjadi penyeleweangan.
Lewat penjelasan tersebut calon pemimpin harus bisa meyakinkan warga bahwa program tersebut realistis. Bukan progam yang disuarakan hanya untuk kepentingan politik belaka.
"Kalau mereka enggak bisa meyakinkan, pemilih rasional enggak milih dan suara bisa berkurang. Tapi ada juga pemilih yang mungkin tidak melihat program, yang mereka pilih pasangan calon muslim," kata Haris saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (11/3).
Di samping tiga program prioritas, Anies-Sandi juga akan mengadopsi dua program bantuan dana yang digagas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Yaitu bantuan dana kepada Usaha Kecil Menengah (UKM) sebesar Rp50 juta per UKM dan bantuan dana untuk pemberdayaan komunitas per RW setiap tahun sebesar Rp1 miliar.
Pernyataan itu selalu meraka sampaikan ketika mendapat dukungan secara resmi dari relawan Agus-Sylvi. Mereka mengklaim program itu tidak jauh berbeda dengan program yang meraka gagas sehingga mungkin diimplementasikan.
Ubedilah memandang Anies-Sandi tidak bisa sembarang adopsi program dari Agus-Sylvi yang kalah di putaran pertama. Bila demikian, pendukung atau relawan Agus-Sylvi bisa beralih pilihan ke pasangan calon Basuki Tjahja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
"Ruang kritik akan muncul kalau Anies-Sandi begitu saja adopsi program Agus-Sylvi. Suara warga tergantung argumentasi yang mereka bangun," kata Ubedilah.