Jakarta, CNN Indonesia -- Yel-yel 'jangan memilih pemimpin nonmuslim' terdengar nyaring di tengah massa Aksi 313 yang berorasi di kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, kemarin.
Tak cuma lantang menyuarakan penolakan terhadap Basuki Tjahaja Purnama di Pilkada DKI, sejumlah peserta aksi bahkan lugas menyerukan agar warga Jakarta memilih pasangan nomor urut tiga, yakni Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Sentimen peserta aksi terhadap Ahok terus mewarnai konstelasi percaturan politik di Jakarta. Aksi 313 tak lain merupakan lanjutan aksi berjilid yang dilabeli nomor-nomor cantik, seperti Aksi 411 dan 212.
Terlepas dari konsistensi aksi yang berkelanjutan, Aksi 313 memperlihatkan penurunan jumlah massa peserta aksi. Tak hanya itu, sejumlah 'pentolan' yang semula rajin turun ke jalan, seperti Habib Rizieq Shihab dan Bachtiar Nasir, kini tak lagi menampakkan batang hidungnya.
Lebih-lebih, massa yang menyurut itu kemudian bergerak seperti kehilangan komando, lantaran pemimpin aksi Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath kepalang ditangkap polisi dini hari sebelumnya.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Muradi menilai, Aksi 313 yang kini dimotori Forum Umat Islam itu tak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pilihan warga ibu kota.
Menurut Muradi, publikl kini mulai jengah dengan aksi-aksi berjilid. Alih-alih menggerakkan umat, kata Muradi, aksi-aksi berjilid justru merusak citra kelompok Islam itu sendiri.
"Dari awal MUI menolak dan tak mau terlibat. Ini sudah indikasi aksi tak ada dampak apa-apa," kata Muradi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, Sabtu (1/4).
 Peserta Aksi 313 di Kawasan Patung Kuda Jakarta, Jumat (31/3).(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |
Muradi menuturkan, masyarakat Jakarta bisa menetapkan pilihannya, baik kepada pasangan nomor 2 atau 3, tanpa harus didikte dengan sentimen tertentu. Muradi menilai Aksi 313 menjadi penutup aksi berjilid yang melempem.
"Catatan pentingnya, aksi itu menjadi antiklimaks dari perpolitikan di Jakarta," kata dia.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedillah Badrun menilai Aksi 313 bisa menguatkan dukungan masyarakat Jakarta untuk pasangan Anies-Sandi.
"Aksi 313 sedikit memberi insentif politik pada pasangan Anies-Sandi dan sedikit mengurangi daya dukung kelompok muslim terhadap Ahok-Djarot," kata pria yang akrab disapa Ubed.
Berbeda dengan Muradi, Ubed justru menyoroti gerakan massa yang konsisten menuntut Ahok dihukum itu bisa menjadi pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara yang menangani perkara kasus dugaan penodaan agama.
Menurutnya, hakim perlu mempertimbangkan psikologis massa Aksi 313 untuk dijadikan bahan diskusi sebelum mengetok palu perkara yang menjerat Ahok.
"Jadi Aksi 313 hanya patut diperhatikan hakim dalam konteks memahami psikologi publik. Jika menurut hakim patut ditempatkan dalam konteks rasa keadilan masyarakat maka silahkan para hakim mendiskusikanya sebelum mengambil keputusan (untuk Ahok)," ujarnya.