Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan video kampanye dari pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat -yang belakangan menuai kontroversi- tidak sepenuhnya bermaksud mendiskreditkan agama tertentu.
"Dalam komunikasi politik, setiap orang punya referensi, pengalaman dan persepsi yang berbeda. Setelah sepuluh orang yang menonton, bisa muncul pula sepuluh persepsi berbeda. Jadi,kesimpulan yang menyatakan video itu mendiskreditkan Islam belum tentu benar," kata Soni, sapaan Sumarsono, di Balai Kota DKI Jakarta, pada Selasa (11/4).
Soni mengatakan sampai saat ini video kampanye tersebut belum mendapat sorotan ataupun teguran dari Bawaslu maupun Komisi Penyiaran DKI Jakarta. Sehingga dia menganggap tidak ada masalah dengan video kampanye yang disebar di media sosial tersebut.
"Nyatanya kan belum ada peringatan dari dua lembaga yang paling berwenang mengatakan itu mendiskreditkan Islam atau tidak," ujar Soni.
Video kampanye Ahok-Djarot berdurasi sekitar dua menit itu mengusung tema keberagaman dengan disisipkan tanda pagar (tagar) #BeragamItuAhokDjarot. Video itu sempat dipublikasikan lewat Twitter Ahok, namun kini tak lagi bisa diakses.
Video itu memicu pro dan kontra karena menampilkan adegan kerusuhan rasial dengan adegan yang menayangkan sekelompok orang mengenakan atribut muslim. Ustaz Abdullah Gymnastiar alias Aa Gym memprotes video kampanye itu karena dianggap menyudutkan umat Islam.
Anggota tim pemenangan bidang data dan informasi, Eva kusuma Sundari, mengatakan video kampanye itu sengaja menampilkan dampak negatif dari penggunaan isu SARA yang dia anggap telah merusak pola pikir warga selama Pilkada DKI berlangsung.
Eva menyebut penggunaan isu SARA berdampak pada munculnya upaya penghalangan warga untuk memilih. Beberapa pemilih, kata Eva, juga terkena dampak dari meluasnya isu SARA di Pilkada DKI.
"Pendukung paslon terima getahnya, diusir dari kontrakan dan diputus listriknya. Intinya, Badja (Basuki-Djarot) ingin mengembalikan bahwa identitas bangsa paripurna perlu dijaga, yaitu sumpah pemuda," kata Eva saat dikonfirmasi kemarin.