Jakarta, CNN Indonesia -- Konsultan politik pasangan calon gubernur-wakil gubernur Anis Baswedan-Sandiaga Uno, Eko Bambang Subiantoro mengindikasikan kecurangan di 542 tempat pemungutan suara pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua. Timnya akan memantau potensi kecurangan itu.
Direktur Riset Lembaga Survei Polmark Indonesia itu mengatakan, kecurangan tersebut bisa terjadi sebab diketahui jumlah pemilih tambahan di TPS-TPS itu meningkat cukup tinggi.
"542 TPS dari sekitar 13 ribu TPS di DKI Jakarta itu ajaib karena jumlah pemilih tambahannya bertambah besar, hampir melebihi angka 2,5 persen dari total pemilih tetap. Ini patut dicurigai," kata Eko saat diskusi bertajuk "Pilkada Bersih-Sehat: Waspada Operasi Kumis-Peci", di Pelataran Menteng, Jakarta Pusat, Senin (10/4).
Eko mengatakan saat ini pihaknya akan terus memantau ke 542 TPS itu secara khusus. Sebab menurutnya, Pilkada DKI Jakarta putaran pertama yang dilaksanakan pada Januari lalu juga terjadi kecurangan di TPS itu, salah satunya intimidasi terhadap para pemilih.
"Ada intimidasi, di Jakarta Utara itu, pikir saja masa iya satu TPS cuma paslon tertentu saja yang menang, ini Jakarta, majemuk," kata Eko.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, politik intimidasi ini berkisar pada warga di daerah tertentu yang tidak bisa menyuarakan pendapatnya karena ada rasa takut jika pilihannya berbeda dengan warga lain di kawasan.
"Akibatnya dia tidak bisa keluar, tidak bisa memilih, kami lakukan evaluasi terkait ini, dan memang ada terbukti tapi angkanya tidak bisa kami perlihatkan karena bentuknya evaluasi," kata dia.
Eko mencatat indikasi kecurangan ada di semua wilayah di ibu kota pada putaran pertama lalu. Di Jakarta Utara tersebar di 258 TPS, Jakarta Barat 552 TPS, Jakarta Pusat 16 TPS, Jakarta Timur 14 TPS, dan sisanya terjadi di dua TPS yang berada di Jakarta Selatan.
"Makanya kami akan terus pantau, terus jaga, agar tidak terjadi lagi (kecurangan) kami akan mengawal warga yang hendak datang ke TPS," kata Eko.