Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyebut aksi Tamasya Al Maidah bisa mengintimidasi pemilih di tempat pemungutan suara. Ia berharap penyelenggara mengurungkan rencana aksi pengerahan massa ini dan mempercayakan pengamanan TPS pada Polri dan TNI.
"Masyarakat jadi merasa terintimidasi, tidak boleh," kata Tjahjo di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (18/4).
Karena itu TNI dan Polri menurut Tjahjo memberikan pengamanan ketat di setiap TPS pada pemungutan suara besok.
Karena itu Tjahjo berharap warga ibu kota tidak perlu resah. TNI dan Polri sudah menjamin situasi kondusif saat pemungutan suara.
"Sudah ada pengamanan ketat ada TNI, satpol PP, pokoknya jangan sampai merasa terintimidasi," katanya.
Tjanjo berharap masyarakat bisa memanfaatkan momentum Pilkada di Jakarta ini. Pemerintah sudah menetapkan besok sebagai hari libur sehingga diharapkan semua bisa hak pilihannya tanpa terpengaruh isu apapun.
Sementara itu penyelenggara Tamasya Al Maidah mengklaim acara ini digelar untuk membela agama Islam dan tidak bermaksud mengintimidasi pemilih. Warga dari luar Jakarta dikerahkan ke semua TPS dengan tujuan untuk mencegah adanya aksi curang yang menguntungkan salah satu calon.
Penyelenggara menargetkan di satu TPS ada 100 orang peserta Tamasya Al Maidah.
Aksi ini sebenarnya sudah dilarang oleh kepolisian. Namun penyelenggara tetap membandel dan tetap akan mengerahkan massa pada saat hari pencoblosan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan larangan pengerahan massa saat hari pencoblosan, merupakan kewenangan yang melekat pada kepolisian demi ketertiban umum.