SATU DEKADE KASUS MUNIR

Keyakinan Suci Tak Pernah Mati

CNN Indonesia
Jumat, 05 Sep 2014 15:31 WIB
Tidak ada kemajuan signifikan dalam proses penegakan hukum atas kematian aktivis HAM, Munir. Aktivis, masyarakat sipil bersama dengan isteri Cak Munir, Suciwati Munir, tetap setia mengawal kasus itu.
Adhi Wicaksono (CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Genap sepuluh tahun berlalu sejak kematian Munir Said Thalib atau lebih dikenal dengan Cak Munir, Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Tidak ada kemajuan signifikan dalam proses penegakan hukum. Aktivis, masyarakat sipil bersama dengan isteri Cak Munir, Suciwati Munir, tetap setia mengawal kasus dengan mengadakan acara momen peringatan 1 Dekade Munir.

“Meski dari segi hukum tidak ada perubahan dalam kasus Cak Munir, kami tetap optimis,” Suciwati menjelaskan dalam jumpa pers peringatan 1 Dekade Munir di Kedai Tempo, Utan Kayu, Jakarta Timur, Rabu (3/09).

Munir dibunuh dalam penerbangan rute Jakarta–Amsterdam saat hendak mmemulai pendidikan master bidang hukum dan HAM di Belanda. Berdasarkan otopsi yang dilakukan oleh Lembaga Forensik Belanda, Munir meninggal akibat keracunan arsenik akut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah menjatuhkan vonis bersalah kepada Pollycarpus Budihari Prijanto pada 20 Desember 2005. Pollycarpus, pilot Garuda, divonis bersalah melakukan perbuatan pidana pembunuhan berencana kepada Munir oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Ia mendapatkan hukuman 20 tahun penjara. Pada tahun 2013, Mahkamah Agung mengabulkan Peninjauan Kembali kasus Munir sehingga Pollycarpus mendapatkan pengurangan masa hukuman menjadi 14 tahun.

Pollycarpus kemudian mendapatkan remisi delapan bulan pada Agustus tahun ini berdasarkan surat keputusan Menteri Hukum dan Ham untuk Lapas Sukamiskin Bandung. Alasannya, Pollycarpus dianggap aktif mengikuti kegiatan pramuka Gugus Dharma Sukamiskin.

“Pemberian remisi ini jauh dari rasa keadilan,” kata Suciwati menerangkan.

Suciwati mengatakan rasa optimistis muncul mengingat terus munculnya kesadaran dari masyarakat sipil untuk menegakkan HAM. Oleh karena itu, tema peringatan kali ini adalah 'Ada dan Berlipat Ganda'.

Acara 1 Dekade Munir rencananya akan diselenggarakan pada 7 dan 8 September di Omah Munir, Malang, Jawa Timur. Acara tersebut akan diramaikan berbagai kegiatan seperti lomba mewarnai untuk siswa Sekolah Dasar, Stand Up Comedy untuk siswa Sekolah Menengah Umum, pertunjukan HAM oleh seniman di antaranya Butet Kartaredjasa, Glenn Fredly, Happy Salma, Riri Riza, Nia Di Nata, Mira Lesmana, dan Agus Dwi Sasongko.

Sementara itu, Koordinator Komisi Nasional untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar mengatakan acara puncak di Omah Munir merupakan sebuah upaya untuk mengingat kasus HAM secara keseluruhan.

"Tidak hanya kasus Munir tetapi kasus pelanggaran HAM lainnya, Talang Sari, Semanggi 1 dan 2, dan lainnya,"ucapnya.

Haris berharap dengan adanya peringatan seperti ini Indonesia akan menjadi lebih beradab dan berhenti memandang warga negaranya sebagai sesuatu yang kuno.

Suciwati menambahkan ia menaruh harapan banyak kepada presiden terpilih Joko Widodo untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM serta memilih aparat hukum yang memiliki integritas dalam penegakkan HAM. "Dari awal Jokowi sudah deklarasikan akan menuntaskan kasus pelanggaran HAM. Kita lihat saja, apakah dia berani atau tidak,"kata dia menutup pembicaraan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER