Jakarta, CNN Indonesia -- “Pak Munir saya lelah.”
Maria Katarina Sumarsih (kini 64 tahun) ingat mengujarkan kalimat itu kepada aktivis pembela hak asasi manusia Munir, lebih dari satu dekade lalu.
Tapi Munir kemudian berbalik menasihati Sumarsih. “Jangan lelah. Kalau Ibu lelah, bagaimana saya? Ibu yang menyemangati saya selama ini untuk tidak pernah lelah,'” kata Sumarsih, mengutip kata-kata Munir.
Sumarsih adalah ibunda dari korban penculikan dalam tragedi Semanggi 1, Benardinus Realino Norma Irawan alias Wawan. Dia menemui Cak Munir, begitu aktivis HAM itu dipanggil, di kantor KontraS, pada Februari 1999.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya datang sembari membawa uang untuk menyumbang KontraS mengusut kasus anak saya,” kata Sumarsih kepada CNN Indonesia, Kamis (4/9).
Munir lalu mengatakan padanya untuk tidak usah memberikan uang sepeser pun. Munir bilang sudah dibentuk perkumpulan Ikatan Orang Hilang. Sumarsih diminta memberikan uang pada perkumpulan itu saja. Ia dan Munir pun lantas sering bertemu karena Munir yang mendampinginya langsung mengusut kasus Semanggi 1.
Di mata Sumarsih, Munir yang tewas diracun pada satu dekade lalu, adalah sosok pejuang HAM yang spontan dan berani. Pernah suatu waktu ada perayaan ulang tahun di kantor Komando Pusat Polisi Milter. Munir meminta keluarga Sumarsih untuk datang bersamanya ke kantor komando tersebut sebagai hadiah ulang tahun.
“Kami tidak boleh masuk tentunya. Tapi, Munir sangat spontan sekali,” Sumarsih mengenang.
Mereka berdua juga pernah bersama-sama mengunjungi rumah sejumlah jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Salah satunya adalah Wiranto.
Munir waktu itu senang sekali karena media akan memberitakan kejadian tersebut pada halaman utama. Media besar memang memuat sebagai tajuk utama tetapi keesokan harinya kantor Kontras diserang oleh gerombolan orang yang dari Paguyuban Cawan Berdarah.
Kantor Kontras dirusak, kaca dipecahkan, dokumen dihancurkan. Siku Munir berdarah terkena pecahan kaca.
“Saya menangis pas lihat luka itu. Tetapi Munir berkata pada saya,'luka bisa disembuhkan tetapi nyawa Wawan (anak Sumarsih) tidak akan bisa kembali',”ia bercerita.