Jakarta, CNN Indonesia -- Gerindra menyatakan kecewa dengan langkah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengundurkan diri dari partai tanpa lebih dulu memberitahukannya kepada Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto.
“Kami kecewa bukan karena beliau mundur, tapi karena dilakukan tanpa komunikasi, diskusi, atau koordinasi dengan Pak Prabowo atau pimpinan partai yang lain,” kata Wasekjen Gerindra Aryo Djojohadikusumo dalam rilis yang diterima CNN Indonesia, Jumat (12/9).
Aryo yakin Prabowo akan sangat mengapresiasi Ahok, sapaan akrab Basuki, apabila menyampaikan sikap dan pendapatnya secara langsung. “Toh apabila akhirnya tidak ada kesamaan pendapat dan Pak Ahok tidak bisa lagi di Gerindra, kami mengerti dan menerima pengunduran diri beliau,” ujar keponakan Prabowo itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra telah menerima surat pengunduran diri Ahok yang dilampiri kartu anggota Gerindra pada Kamis (10/9), pukul 12.20 WIB.
Menurut Aryo, keluar atau pindah partai adalah hal yang lazim dalam politik. Gerindra menyatakan menghargai hak politik Ahok yang tidak sejalan dengan partai terkait RUU Pilkada, karena demokrasi melindungi kebebasan berpendapat warganya.
“Namun di dalam politik dan organisasi ada yang namanya etika politik dan etika berorganisasi,” kata Aryo. Sayangnya, kata dia, para pimpinan Partai Gerindra justru pertama kali mendengar Ahok mendnegarkan diri melalui pemberitaan di portal media online.
“Tidak ada pemberitahuan lebih dahulu atau silaturahmi pamit dengan Pak Prabowo yang tahun 2012 memperjuangkan Ahok sebagai calon wakil gubernur DKI dari Partai Gerindra untuk diterima oleh Ibu Megawati dan jajaran PDIP,” ujar Aryo.
Padahal, kata anggota DPR 2014-2019 itu, Prabowo menghadap langsung ke Jusuf Kalla ketika mengundurkan diri dari Golkar tahun 2008. Ketika itu JK merupakan Ketua Umum Golkar. Sampai saat ini pun, kata Aryo, hubungan Prabowo dan JK masih amat baik karena adanya etika tersebut.
Ahok sebelumnya mengatakan tak mungkin terpilih memimpin Jakarta bila kepala daerah dipilih DPRD, bukan oleh rakyat. “Kalau pemilihan lewat DPRD, mungkin nggak Jokowi dan saya terpilih memimpin Jakarta? Nggak mungkin. Mungkin nggak saya dulu terpilih menjadi bupati di Belitung Timur? Nggak mungkin. Orang juga nggak akan tahu Jokowi kalau pilkada lewat DPRD,” kata dia.
Mantan bupati Belitung Timur itu pun mengatakan tak menunggu respons dari Gerindra soal pengunduran dirinya. Ia sudah yakin mundur dari Gerindra karena pesimistis dapat mengubah sikap partai soal RUU Pilkada.
Menurut Ahok, dia sudah berkomunikasi dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo –yang juga ayah Aryo– sebelum mundur dari partai. “Selama ini saya komunikasi dengan Pak Hashim. Hubungan kami baik-baik saja. Kami makan malam bersama. Pak Hashim sudah tahu (saya mundur),” kata Ahok.