Jakarta, CNN Indonesia -- Detasemen Khusus Antiteror masih melakukan pemeriksaan terhadap lima terduga teroris di Bima, Nusa Tenggara Barat. Densus 88 juga hingga kini masih belum menetapkan status tersangka kepada kelima orang tersebut.
"Kami punya waktu tujuh hari untuk memeriksa mereka. Hingga saat ini belum dibawa ke Jakarta," kata Wakil Kepala Densus 88 Komisaris Besar Edy kepada CNN Indonesia, Senin (22/9).
Edy menjelaskan, kelima terduga masuk dalam jaringan teroris di Indonesia Bagian Timur, termasuk Poso. Edy belum memastikan apakah kelimanya bertanggung jawab atas penembakan sejumlah polisi di Bima selama tahun 2014. "Masih kami verifikasi," ujar Edy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, Densus 88 menangkap enam terduga teroris di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat (19/9). Satu di antaranya tewas atas nama Adnan alias Deo alias Nurdin alias Si Kecil. Adnan tewas tertembak karena melempar bom rakitan ke arah Anggota Densus.
Terduga lainnya yaitu Juwait alias Herman alias David yang masuk daftar pencarian orang dalam kasus Poso; Suhail alias Gondong ditangkap di Desa Sai dan terindikasi ikut dalam pelatihan militer; serta Juned alias Gun.
Sepanjang tahun 2014, terjadi tiga penembakan terhadap polisi di Bima. Kapolsek Ambalawi, Bima, Iptu Abdul Salam tewas ditembak orang tak dikenal dalam perjalanan menuju Kantor Polsek Ambalawi, 16 Agustus. Peluru menembus kepala bagian belakang Iptu Abdul Salam.
Kepala Urusan Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Bima Ipda Hanafi tewas ditembak pada 28 Maret. Pada 2 Juni, Anggota Intelijen dan Keamanan (Intelkam) Kepolisian Resor Kabupaten Bima Brigadir Kepala Muhamad Yamin juga meninggal karena peluru mengenai dadanya.