Jakarta, CNN Indonesia -- Médecins Sans Frontières atau Doctor Without Borders, organisasi independen yang aktif di bidang kemanusiaan dan medis internasional, menilai hak paten obat bisa berdampak buruk bagi masyarakat miskin di negara berkembang. Selain permasalahan harga obat yang terdongkrak mahal, hak paten juga bisa menghalangi produksi obat generik baru.
Permasalahan ini dibahas dalam diskusi MSF yang bertajuk “Mengatasi Hambatan Akses Obat Murah” di Jakarta, 12 November lalu.
Namun, ARV –obat yang dibutuhkan orang hidup dengan HIV dan AIDS (ODHA), menurut Perwakilan Regional MSF di AsiaTengga Dr. Maria Guevara, merupakan bukti yang baik dari upaya menurunkan harga obat di tengah persaingan produsen obat global. “Hari ini, persaingan obat generik dunia telah membawa harga obat ARV bagi 11 juta orang pengidap virus HIV di negara miskin dan berkembang jauh lebih murah, kata Maria. “Perbedaannya hampir seratus kali lebih murah dalam sepuluh tahun terakhir, bergerak turun dari US$ 10 ribu hingga US$ 100 per orang per tahun.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut MSF, keuntungan para produsen obat seharusnya jangan diambil dengan cara-cara yang mengorbankan kesehatan masyarakat. “Kami selalu percaya bahwa obat-obatan tidak boleh berharga mewah, "kata Maria.
Manajer Kampanye Akses Kesehatan Amerika Serikat untuk MSF, Judit Rius mengatakan hal yang sama. Efek dari hak paten obat sudah dirasakan secara global. Terlebih saat WTO trade-related intellectual property rights (TRIPS), mulai diberlakukan 2005 dan semakin membatasi produksi obat generik.
Ancaman lain untuk akses obat murah, berasal dari TransPacific Partnership. Perjanjian ini membuat akses obat murah terganggu, mulai dari persoalan peningkatan obat paten hingga pembatasan produksi obat generik
“Meski Indonesia bukan penandatangan, perjanjian TPP akan mempengaruhi ekonomi industri obat generik yang skala dan itu akan menciptakan hambatan untuk ekspor obat generik dari dan impor ke Indonesia,” kata Judit.
Artikel ini dibuat sebagai ralat pemberitaan sebelumnya. Berita yang ditayang sebelum tidak sama sekali mencerminkan pandangan dari MSF. Terdapat kesalahan tafsir yang dilakukan atas pemberitaan CNN Indonesia sebelumnya.