Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menanggapi santai penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang menuai pro-kontra. Meski tidak sedikit nelayan yang berteriak soal kenaikan harga solar, Susi menganggap hal itu tidak memberikan dampak yang besar.
"Saya pikir
sih aman saja, nelayan kecil tidak dapat tuh BBM subsidi, yang dapat justru yang besar-besar," kata Susi saat memberikan keterangan di Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa (18/11).
Susi mengatakan, saat ini ada dua kelompok nelayan yang harus dibedakan identitasnya. Mereka adalah nelayan ikan dan nelayan solar. Kelompok nelayan solar, dijelaskan Susi, adalah kelompok nelayang yang pergi ke laut untuk berjualan solar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan, satu kapal besar bisa dapat jatah 25 kiloliter perbulan. Itu besar sekali dan akhirnya banyak disalahgunakan," kata Susi.
Susi lantas menegaskan, yang dibutuhkan oleh nelayan saat ini adalah ketersediaan bahan bakar untuk mereka beroperasi di laut, bukan masalah harga yang menjadi perdebatan. Kelangkaan BBM di pesisir pantai adalah persoalan yang menjadi pekerjaan rumahnya.
"Kemarin saya bicara dengan 300 pengusaha kapal,
cold storage, rata-rata semua berteriak keinginannya adalah
availability. Maunya, kapan mereka butuh, ya ada; harga tidak jadi soal," kata perempuan bersuara parau itu.
Bos Susi Air itu mengaku ingin agar pemerintah tidak terlalu banyak mengalokasikan anggaran untuk subsidi BBM. Sebab, kata Susi, seharusnya masyarakat, khususnya pejabat, malu menggunakan BBM bersubsidi.
"Bahkan ada ambassador datang ke saya. Dia merasa aneh mobil pribadinya diisi BBM bersubsidi. Dia merasa itu hanya terjadi di sini," kata Susi.