Politikus senior Partai Golkar, Popong Otje Djundjunan, menjadi salah satu kader yang bisa memaklumi laporan pertanggungjawaban Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Menurut Ceu Popong --panggilan akrabnya, tak ada yang perlu saling menyalahkan dalam proses politik Golkar selama kepemimpinan Aburizal Bakrie atau Ical.
Bagi Ceu Popong, paling penting adalah bagaimana agar semua kader dan pengurus Partai Golkar bisa saling bekerjasama untuk kembali memajukan partai beringin. “Yang penting semua bekerjasama. Golkar bukan hanya soal kelompok,” kata perempuan 76 tahun yang terkenal karena aksinya memimpin sidang pairpurna DPR beberapa waktu lalu.
Soal kegagalan Ical dalam Pemilu 2014, Ceu Popong mengatakan hal itu bukan sepenuhnya kesalahan Ical. "Ical itu bukan
superman. Kami harus introspeksi karena kegagalan dia berarti kegagalan kita juga. Artinya Ceu Popong juga gagal,” kata dia di lokasi Musyawarah Nasional Partai Golkar, Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin malam (1/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maka yang harus dipikirkan sekarang, kata wanita kelahiran Bandung itu, mencari cara supaya seluruh elemen Golkar bisa bekerja lebih keras lagi untuk mencapai tujuan partai di tahun 2019.
Ceu Popong optimistis dengan masa depan Golkar. Optimisme itu tercermin dari semangatnya mengikuti satu agenda ke agenda lain selama Munas.
Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung sepakat dengan Ceu Popong. Menurut Akbar, Golkar saat ini harus menatap Pemilu 2019. “Bukan berkutat pada masalah kisruh dan rekonsiliasi saja,” kata dia.
Akbar tak mau partainya gagal meski dia tak berhasil mendamaikan dua kubu bertikai di internal Golkar, yakni Aburizal dan Agung Laksono. Alih-alih kedua elite Golkar itu bertemu di Bali untuk mencari solusi seperti keinginan Golkar, Aburizal justru menutup pintu damai dan Agung langsung terbang meninggalkan Bali. (Baca:
Agung Laksono Tinggalkan Bali, Mediasi Gagal)