MUNAS GOLKAR

Masa Depan Golkar di Bawah Tangan Ical

CNN Indonesia
Rabu, 03 Des 2014 10:09 WIB
Ical menegaskan punya cara sendiri memimpin Golkar. Bila Akbar Tandjung pernah menerbitkan buku The Golkar Way, kini Ical menulis bukunya sendiri: The Ical Way.
Aburizal Bakrie akan dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Golkar untuk periode keduanya. (Antara/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aburizal Bakrie, yang kerap disapa Ical, hampir pasti akan kembali memimpin Partai Golkar lima tahun ke depan. Memerintah Golkar, terlebih selama dua periode, tentu istimewa. Golkar adalah partai dengan sejarah panjang, salah satu yang tertua di republik ini, dan telah mengalami jatuh-bangun nan dramatis.

Kini, di pengujung 2014, era baru membentang di depan Golkar, era di bawah kepemimpinan ‘tangan dingin’ Ical. Ical yang pernah sukses sebagai pengusaha, tak segan menyingkirkan segala hambatan di hadapannya. Langkah pertama telah ia tempuh pada Musyawarah Nasional IX Partai Golkar di Bali, Selasa (2/12): memecat sembilan kader Golkar sekaligus.

Sembilan kader yang tertimpa ‘sial’ itu bukan anggota Golkar biasa, melainkan petinggi partai beringin. Mereka adalah Wakil Ketua Umum Golkar Agung Laksono, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Golkar Priyo Budi Santoso, Ketua DPP Golkar Agun Gunandjar Sudarsa, Ketua DPP Golkar Yorrys Raweyai, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Leo Nanaban, Lawrence Siburian, Zainuddin Amali, mantan Ketua DPP Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Nusron Wahid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Munas memberhentikan kader-kader yang menamakan dirinya Presidium Penyelamat Partai Golkar, serta kader-kader yang melanggar,” kata Ketua Panitia Pengarah Munas, Nurdin Halid, saat memimpin sidang Munas di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali.

Nurdin bisa dibilang merupakan tangan kanan Ical saat ini. Ia bahkan disebut-sebut menjadi calon Sekretaris Jenderal Partai Golkar periode berikutnya. Sebelum Munas dimulai, Nurdin beberapa kali meminta kader Golkar kompak memilih Ical lagi. (Baca Nurdin Minta Golkar Tiru PDIP: Tak Ada yang Lawan Megawati)

Pemecatan kader Golkar dari gerbong Agung itu disesalkan oleh tokoh senior Golkar, Jusuf Kalla dan Muladi. Padahal sebelumnya, Muladi telah meminta Ical untuk tak buru-buru memecat Agung. “Saya harap Pak Ical jangan mendahului (upaya rekonsiliasi). Hindari sanksi pemecatan. Rekonsiliasi jalan terbaik,” kata Ketua Mahkamah Partai Golkar itu, hanya beberapa jam sebelum pemecatan dilakukan.

Namun imbauan Muladi seperti menghantam dinding, tak terdengar oleh Ical. Seperti juga yang terjadi ketika Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung menawarkan solusi sebagai upaya mediasi Ical dan Agung. (Baca: Kunci Golkar Dipegang Ical, Akbar Tak Berdaya)

Ical sejak awal membuka Munas Bali, Minggu (30/11), telah blak-blakan menabuh genderang perang dengan Agung. Ia menuding Agung dan Presidium Penyelamat Partai Golkar bentukannya, berupaya mengkudeta dia lewat cara-cara inkonstitusional. Bagi Ical, tak ada ampun bagi Agung.

Sikap Ical itu tak ayal lagi mengecewakan Kalla. Mantan ketua umum Golkar itu menilai Munas berjalan tak demokratis dan tak transparan. Ia menyesalkan partai sebesar Golkar yang menjadi salah satu pilar demokrasi, justru tak bisa bertindak demokratis.

Keteguhan hati dan ambisi Ical untuk berkuasa tak hanya ditunjukkan dengan memecat para kader yang berseberangan dengan dia, tapi juga dengan memerintahkan Golkar memperkuat posisinya di Koalisi Merah Putih. KMP memang menjadi kebanggaan Ical. Ia berulang kali menyatakan koalisi ini tumbuh menjadi kekuatan politik yang membanggakan dan amat diperhitungkan di tanah air.

Ical menginstruksikan KMP membentuk cabang-cabang di seluruh daerah. Saat ini KMP baru terbentuk di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, DIY, dan Jawa Tengah. Itu dirasa kurang. Tahun 2015, Ical menargetkan KMP telah terbentuk di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Ketua Umum PAN Hatta Rajasa ketika menghadiri pembukaan Munas Bali, mengatakan Golkar bagai ‘jantung’ bagi KMP. Rupanya Ical tak main-main melihat begitu besar kepercayaan para elite KMP terhadapnya. Itu pula yang membuatnya bertekad memimpin Golkar lagi lima tahun ke depan.

Ical berupaya keras menjaga Golkar tetap menjadi pusat KMP, tidak menyeberang ke kubu lawan –Koalisi Indonesia Hebat. Bila Golkar jatuh ke tangan Agung Laksono misalnya, jelas partai itu akan dibawa Agung menuju KIH untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Kalla. Agung sudah berkali-kali menegaskan dia pro-Jokowi.

KMP pun berusaha Golkar tetap menjadi salah satu tiang punggung mereka. Itulah mengapa ketika bentrokan pecah di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto bergegas menemui Ical di Bakrie Tower dan menawarkan bantuan ‘pasukan’ untuk mengamankan posisi Ical dalam konflik Golkar. (Baca Prabowo Tawarkan Pasukan, Ical: Golkar Under Control)

Ical bukannya tak tahu banyak kritikan ditujukan kepada dia, termasuk tudingan bahwa ia memimpin Golkar secara otoriter. Ical pun punya jawaban untuk para pengkritiknya. “Setiap pemimpin punya cara masing-masing. Jokowi beda sama SBY, SBY beda sama Mega, Mega beda sama Soeharto. Tentu saya juga punya cara sendiri,” kata Ical dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali.

Bila Akbar Tandjung pernah menerbitkan buku ‘The Golkar Way’ berisi sejarah Golkar dan pengalamannya memimpin Golkar di masa sulit pasca Orde Baru, Ical kini tampaknya hendak membukukan sejarahnya sendiri: The Ical Way.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER